Di dunia ini – di segala bidang – banyak perbedaan cara pandang

Ada yang berpikir, jika di dunia maya diharuskan memakai akun asli sesuai KTP maka kejahatan di dunia maya akan berkurang, karena akan lebih sulit untuk menipu.
Ada juga yang balik mikir jika dunia maya akun asli diperlakukan, yang tambah bahagia malah penipu karena mencari dan menyalahgunakan informasi pribadi jadi lebih mudah. (saya termasuk yang kedua )

Ada yang berpikir kalo rumah dibuat pagar tinggi tertutup rapat akan lebih aman karena pencuri lebih sulit masuk dan mengintai isi rumah .
Ada juga yang mikir kalo kondisi rumah lebih terbuka, pencuri justru tidak terlalu nyaman karena mudah terlihat masyarakat.
Apakah emas perlu disimpan di balik tembok tertutup atau justru disimpan di balik tembok kaca ?

Sebagian pakar keamanan data melarang user menuliskan password, alasannya : agar password tidak dicolong orang
Sebagian pakar lainnya dengan tegas menganjurkan password boleh ditulis, alasannya : kesulitan mengingat password justru membuat orang membuat password lemah. Untungnya sekarang banyak password manager

Sebagian orang lebih suka sistem tertutup agar bila ada kelemahan, kelemahannya sulit dieksplorasi pihak lain. Sebagian lain berpikir sebaliknya. Andai sistemnya lebih terbuka jika memang ada kelemahan maka masukan akan diterima dengan cepat sehingga justru lebih cepet diperbaiki.

Agama Islam menerapkan isi Kitab Suci yang seragam sesuai bahasa aslinya. Alasannya agar tidak mudah diselewengkan. Andai ada pihak lain yang berupaya mengubah akan mudah dicek dan diluruskan.
Sebaiknya agama Kristen Protestan dengan alasan yang sama agar tidak mudah diselewengkan, justru sejak semula mendorong penerjemahan Kitab Suci seluas mungkin. Alasannya jika masyarakat mudah mengakses isi Kitab Suci maka tidak mudah bagi tokoh-tokoh agama menyalahgunakan Kitab Suci.

Seseorang berkata Golput itu apatis karena tidak perduli dengan politik Indonesia. Cuma mencoblos sebentar saja kok gak mau.
Orang lain lagi berkata justru golput tidak apatis. Tidak mau nurut bergitu saja dengan capres atau caleg yang dicalonkan parpol. Bukankah kedaulatan ada di tangan rakyat bukan di tangan parpol. Jika parpol mencalegkan, mencapreskan figur yang gak disukai seseorang, ya wajar kalo tidak dipilih. Memaksa rakyat harus nurut pilihan parpol justru menginjak injak kedaulatan rakyat.

Ada orang yang mikir baik penyuap dan pihak yang disuap harus sama sama dihukum agar adil. Itu akan menimbulkan efek jera bagi kedua belah pihak.
Ada yang justru mikir jika keduanya sama sama dihukum, justru menyuburkan praktek suap karena terjadi aksi saling melindungi. Jika suap dianggap ketidakadilan karena menyebabkan hak masyarakat lain yang tidak mampu menyuap terabaikan. Maka kondisi hukum yang melindungi praktek suap dengan menerapkan hukuman bagi pemberi dan penerima suap justru tidak adil. Mestinya yang dihukum ya penerima suap agar tidak saling melindungi dan masyarakat lebih berani melapor jika diperas.

Banyak pakar keuangan yang menyarankan Jangan berinvestasi dalam satu keranjang saja. Bagilah resiko, jangan menaruh telur telur dalam satu keranjang. Agar kalo keranjang itu jatuh, anda masih punya telur lain.
Salah satu orang terkaya di dunia Warren Buffet dengan tegas menolak. “Simpanlah semua telurmu dalam satu keranjang agar lebih mudah kamu awasi. ”
Simpanlah telur dalam satu keranjang dan jagalah itu.

Seorang guru mengajarkan kemandirian pada muridnya : Jika bisa kamu kerjakan sendiri, untuk apa harus selalu meminta bantuan orang lain.
Guru yang lain sedang mengajarkan pembagian wewenang : Tidak semua hal harus kamu kerjakan sendiri. Jika bisa dikerjakan orang lain untuk apa semuanya harus kamu kerjakan sendiri.

Manapun sudut pandang yang kita pilih, setidaknya kita harus sadar bahwa di dunia ini memang ada banyak cara pandang.