Tentu siapa yang bisa menolak tawaran seorang editor buku yang mewakili semua kegelisahan anak muda masa itu pada spiritualisme modern. Pak Djohan bahkan mengarahkan anggota Kelompok Studi Proklamasi (KSP, begitu kelompok diskusi ini dinamai), untuk menjadi penulis. Maka di tahun-tahun awal kuliah itu dengan bantuan LSM dari Amerika, The Asia Foundation, KSP menerbitkan beberapa buku dan beberapa anggota KSP pun menjadi penulis artikel di beberapa media cetak nasional. Maka kemudian beberapa kelompok diskusi lainnya pun mengikuti jejak KSP.
Empat tahun kemudian, karena perbedaan visi dan arah perjuangan, 3 anggota KSP, Denny JA, Jonminofri Nazir, Jojo Rahardjo membentuk Kelompok Studi Indonesia yang juga menerbitkan beberapa buku.
Di akhir tahun 80-an, gerakan kelompok diskusi bukan meredup, tetapi merubah arah gerakannya, karena sebagian diserap oleh LSM dalama dan luar negeri dan sebagian lagi melanjutkan studi formal ke jenjang yang lebih tinggi di dalam dan luar negeri. Sebagian lagi membaktikan ilmu dan dirinya di sektor swasta. Semua akhirnya di masa ini boleh disebut sibuk dengan dirinya sendiri, meski kadang masih bertemu dalam kegiatan-kegiatan intelektual yang ada. Saya sendiri, sibuk di proyek-proyek PBB, seperti FAO, UNDP, ILO, dan bahkan sebuah proyek USAID hingga tahun 1992. Jonminofri Nazir mengasah kemampuan jurnalisnya di beberapa media cetak terkenal di Indonesia. Sementara Denny JA mengejar Master dan Doctor-nya di Amerika.
Sekarang Denny JA sudah disebut oleh sebuah media cetak sebagai “King Maker”. Ia memang sebagai orang paling menentukan jalannya pemerintahan di pusat hingga ke pelosok Indonesia. Mengapa? Denny sejak beberapa tahun terakhir ini memiliki perusahaan konsultan politik yang telah banyak membantu partai politik, calon-calon presiden, gubernur, walikota hingga bupati untuk berhasil memenangkan pemilihan. Sayangnya Denny JA bukan orang yang paling menentukan agar rakyat mendapatkan pemimpin yang terbaik. Boleh disebut, siapa yang mampu membayar Denny, dia lah yang bisa menjadi pemimpin, baik atau buruk calon itu.
Tanggal 6 dan 7 Oktober lalu, kita berkumpul lagi, untuk menghadiri peluncuran buku terbaru Pak Djohan sekaligus memberi selamat pada ulangtahunnya yang ke-70. Meski tidak semua anggota KSP hadir lengkap, namun kita berencana untuk berkumpul dalam waktu dekat ini. Secara umum kita masih sama. Itulah yang membuat saya optimis, bahwa semua masih bisa bersinergi lagi untuk mengejar kebaikan-kebaikan yang masih tertinggal di negeri ini.
Insya Allah.
Anonim said:
Pak Djohan ikut mengurai ‘benang kusut’ buat bangsa Indonesia. Belum selesai, dan tidak akan pernah selesai. Mudah-mudahan terus ada yang berusaha mengurai ‘benang kusut’ tersebut, tidak mudah, perlu dedikasi yang tinggi, pengorbanan, kerja keras.
SukaSuka