Sejarah, selain bisa disimpan dalam bentuk teks (kitab, buku, dan dokumen), juga bisa disimpan dalam bentuk gambar/imej, video dan audio. Untuk bentuk yang terakhir itu, di Solo ada satu tempat yang menyimpan banyak sekali fakta-fakta sejarah dan juga seni budaya Indonesia dalam bentuk audio, tempat itu adalah Lokananta.


 
Lokananta mempunyai arti "gamelan di kahyangan yang berbunyi tanpa penabuhân", sungguh beraroma mistis. Tempat yang berdiri pada 29 Oktober 1956 ini, dulu sebenarnya adalah bagian dari Jawatan RRI, yang mempunyai tugas memproduksi piringan hitam untuk bahan siaran RRI di seluruh Indonesia. Kini Lokananta menjadi salah satu cabang dari Perum Percetakan Negara. Lokananta adalah perusahaan rekaman pertama di Indonesia.
 
Saya menyebut Lokananta sebagai perpustakaan audio, karena hingga saat ini Lokananta memiliki koleksi sekitar 40 ribu keping piringan hitam dan masih banyak lagi koleksi audio dalam beragam format. Koleksinya mulai dari rekaman lagu nasional dan daerah (seperti Gesang, Waldjinah, Titik Puspa, Bing Slamet, dan bahkan Didik Kempot), rekaman seni budaya (semisal Karawitan Ki Nartosabdho, pementasan kesenian, dan dagelan Basiyo), hingga fakta-fakta sejarah penting, antara lain beberapa piringan hitam pidato-pidato Soekarno, dan 833 keping piringan hitam yang berisi lagu kebangsaan Indonesia Raya versi tiga stanza yang sempat buat heboh itu.
 
Ada satu rekaman pidato Bung Karno yang sebenarnya mampu mengungkapkan secara gamblang tentang misteri seputar Supersemar – yang tidak jelas keberadaannya itu. Rekaman yang saya maksud adalah rekaman Pidato Kenegaraan Bung Karno pada peringatan kemerdekaan RI ke-21 (tahun 1966), berikut adalah kutipannya:
 
"Surat Perintah Sebelas Maret itu mula-mula dan memang sejurus waktu, membuat mereka bertampik sorak-sorai kesenangan. Dikiranya SP Sebelas Maret adalah satu penyerahan pemerintahan, dikiranya SP Sebelas Maret itu satu Transfer of Authentic, of Authority, padahal TIDAK. SP Sebelas Maret adalah suatu perintah pengaman, perintah pengamanan jalannya pemerintahan. Demikian kataku waktu melantik kabinet. Kecuali itu, juga perintah pengaman keselamatan pribadi Presiden, perintah pengaman wibawa Presiden, perintah pengamanan ajaran Presiden, perintah pengaman beberapa hal…"
 
Detail-detail sejarah semacam petikan pidato di atas sangat jarang dan bahkan tidak pernah kita dapatkan di bangku sekolah, dari SD hingga SMA. Banyak orang konservatif di Republik ini hanya mengakui sejarah sebagai yang tertulis dan tercetak, bukan yang terdengar (audible), bahkan fakta sahih tentang sejarah yang baru (boleh) terucap sekarang sekalipun cuma dianggap menodai sejarah yang sudah tercetak dalam buku-buku sejarah berkurikulum.
 
Untuk anda yang belum pernah berkunjung ke Lokananta, saat anda berada di Solo sempatkanlah untuk mengunjunginya. Letaknya ada di Jalan Jend. Ahmad Yani No 379. Selain banyak menyimpan koleksi-koleksi audio, di situ juga menyimpan alat-alat lawas dalam industri rekaman, seperti mikropon jaman dulu yang konon harganya semahal roda empat, alat pengganda piringan hitam dan kaset, speaker-box besar yang bentuknya lebih mirip bupet, hingga mixer tahun 80an.