Active ImagePinceng mau pinjam satu cerita.

Ada satu rumah kecil di satu buah dusun terbakar, itu yang punya rumah tergolong satu kaum berandal dari hekto, ada makan rakyat daripada dusun punya uang, sehingga banyak penduduk daripada itu dusun gegetun dengan yang punya rumah.

Itu dusun punya pengurus, lekas2 bikin rapat darurat untuk bikin ketetapan apakah itu rumah pantes mendapatkan pertolongan dengan mempergunakan simpanan tael yang dipunyai itu dusun.

 

Itu ketika sudah masuk musim gugur, angin ada kencang dari Utara dan kering adanya, dikawatirkan itu api bisa menjalar ke rumah penduduk lainnya dengan segera. Keadaan ada genting, ketetapan mesti segera ditentukan.

 

Ketetapannya, seperti yang kita sudah tahu itu rumah yang terbakar selekasnya dipadamkan dengan mempergunakan materi dan tenaga daripada dusun. Dua di antara pengurus dusun yang bikin ketetapan bahwa dusun itu mesti dibantu adalah satu pasang enghiong yang sepak terjangnya di dunia sungai telaga sudah acap kali mendapatkan pujian, ialah Boe Siucai dan Sri Lihiap.

 

Boe Siucai dan Sri Lihiap masing2 sejatinya ada punya ilmu bun-bu yang kokoh, tetapi paduan ilmu keduanya ibarat Im dan Yang, saling menggenapi satu sama yang lain, seperti satu kiamhoat yang memang diciptakan buat dimainkan berdua, "siangkiam happek", sepasang pedang bergabung satu.

 

Sepak terjang keduanya dalam dunia sungai telaga yang banyak dipenuhi, baik kaum hekto, atawa hekto yang menyamar menjadi pekto, selama membantu Su Ciangkun Ongya sejatinya tidaklah perlu dibuat jadi satu keraguan.

 

Sudah ada rahasia umum, di dalam Su Ciangkun punya kepengurusan ada banyak bulim siauwcut, begal dan berandal yang mengaku enghiong, yang sejatinya ada enghiong tetiron yang duduk jadi pengurus karena ada pengaruh atawa tekanan dari mereka punya partai persilatan, Kobok Pay. Partai yang suka kobok-kobok pinceng punya negeri.

 

Selama lima tahun belakangan, Boe Siucai dan Sri Lihiap dengan 'siangkiam happek'nya ada banyak membendung itu enghiong tetiron yang sejatinya punya maksud mengeruk harta pinceng punya negeri buat keuntungan sendiri, sehingga tidak menjadi heran kalu ada perseteruan dan dendam kepada kita punya Siang tayhiap (sepasang pendekar).

 

Inilah ketikanya, mengambil satu kesempatan soal penyelamatan ini, kaum begal yang menjadi seteru daripada Boe Siucai dan Sri Lihiap berupaya bikin gerakan buat mendongkel turun kita punya enghiong dari kedudukannya. Kaum begal ini punya tujuan sudah jelas terang benderang, jikalau sepasang enghiong kita sudah tidak menjadi pengurus/pembantu daripasa Su Ciangkun, boleh dikata satu duri dalam daging sudah bisa dilenyapkan. Upaya2 di kemudian hari buat mengeruk harta daripada pinceng punya negeri boleh dilakukan lebih leluasa.

 

Siancai2x,

semoga kedua enghiong kita boleh berjaya melawan kaum bulim siauwcut. Cia-you2x, Boe Siucai dan Sri Lihiap!

 

CPT