Ketika tertulis nama saya dengan H. Kandjeng, maka banyak orang menjadi segan dan kagum pada saya. Dan ketika saya cantumkan gelar haji pada plank merk toko saya, “Toko Obat Pak Haji Kandjeng”, maka pembeli datang berduyun-duyun ke toko saya. Maklum yang namanya Pak Haji tidak mungkin berbohong.

Peci Haji

Ini juga berfungsi agar orang tahu bahwa saya sudah seorang haji. Asal melihat peci saya, orang langsung percaya. “Hmm…. Pak Haji Kandjeng itu bisa dipercaya. Dia kan sudah Haji. Pasti dia taat dan tidak mungkin dia berbohong. Dan dia juga pasti tahu soal agama. Bukankah begitu Pak Haji Kandjeng?”

Kalau peci haji sudah saya pakai, tapi anda masih juga memanggil nama saya seperti biasa, wah … itu anda sudah keterlaluan. Saya tidak akan marah. Cuma dalam hati saya akan mengutuk anda. Dan tentu anda bisa lihat perubahan ekspresi wajah saya bukan?

Bisnis Naik Haji

Tentu anda sudah tahu berapa mahalnya ongkos naik haji ke Mekkah.Tapi pesanan tiket untuk naik haji tetap saja laris manis setiap tahun. Kenapa mahal? Ya saya sudah maklum, tentu banyak biaya yang dibutuhkan untuk menerbangkan seorang Kandjeng sampai ke Mekkah. Dan setiap petugas, instansi Pemerintah, biro, travel, dan entah apalagi, tentu harus diberi keuntungan dari keterlibatan mereka. Kasihan mereka sudah lama menyusun strategi bagaimana mereka bisa mengeruk keuntungan dari ibadah yang suci ini setiap tahun.

Dan saya pun juga tidak akan tinggal diam. Saya pun membawa produk-produk saya untuk dijual nanti setelah tiba di Mekkah. Dan menjelang pulang saya pun juga akan memborong barang-barang yang ada di sana, untuk juga saya jual di kampong saya. Maklum namanya barang-barang dari Mekkah kan suci, tidak sama dengan barang-barang lain di luar tanah Arab. Jadi orang pasti berebut ingin membelinya. Jadi saya dapat dua keuntungan, keislaman saya sudah sempurna dan bisnis saya pun juga semakin menggila.

Ongkos Naik Haji

Karena minta ampunnya mahalnya ongkos naik haji, saya terpaksa menjual harta benda saya yang ada. Bila perlu saya menggadaikan sawah ladang saya. Maklum saya kan pergi ke rumah Tuhan yang terbesar di dunia (Ka’bah). Jadi apa yang saya punya di rumah tidak ada lagi artinya dibanding saya pergi naik haji. Soal anak dan isteri saya pusing begitu saya tinggalkan, ah …. Tuhan yang akan langsung memelihara mereka. Kalau saya ihklas pergi naik haji ke Mekkah (walaupun sempat bertengkar karena menjual harta benda), rezeki itu akan datang tanpa di duga-duga. Begitulah kalau saya sudah berada di jalan Tuhan.

Ingin Mati di Mekkah

Hmm .. anda belum tahu ya. Kalau di Mekkah itu yang benar dan yang batil itu benar-benar diperlihatkan oleh Tuhan. Buuuaanyak kok keajaiban-keajaiban terjadi selama saya di sana. Pokoknya kalau dipikir dengan logika tidak masuk akal. Tapi itulah kelebihannya kota SUCI Mekkah. Apalagi kalau sempat mencium Ka’bah walah…. Saya juga tidak peduli 3 orang nenek-nenek mati karena saya injak. Sudahlah tua bangka juga mau berdesakan ingin mencium Ka’bah. Kan tidak tau diri namanya.

Tapi mereka yang mati di sana itu pahalanya jauh lebih besar dari mereka yang selamat. Karena mereka mati dalam menjalankan ibadah.

Ketagihan Naik Haji ke Mekkah

Wah … benar-benar nikmat saat saya menunaikan ibadah haji di sana. Saya sering menangis karena rasa takjub akan kebesaran Islam. Akan kebenaran ajaran Islam. Tuhan benar-benar terasa saat di sana. Dan saya benar-benar merasa beriman di sana. Kalau di sini saya merasa tidak berhasil beriman. Begitu banyak masalah yang mengganggu iman saya. Walaupun kata orang saat menghadapi masalah itulah untuk membuktikan bahwa saya beriman atau tidak. Makanya saya masih ingin kembali lag ke sana. Soal yang lain juga ingin ke sana tidak terpikirkan oleh saya. Soal tetangga saya yang semakin hari yang semakin kumal dan rumahnya hampir roboh tidak terpikirkan oleh saya. Kenapa mereka tidak sukses. Salah sendiri kan. Saya menulis postingan ini juga dalam rangka mengumpulkan uang agar cukup untuk membayar ongkos naik haji. Mau ini itu yang lain-lain saya tidak ingin lagi. Pokoke Mekkah I Love You!

RENUNGAN

Sebenarnya ketika pikiran saya lagi jernih, ketika kesadaran saya sedang bagus, saya tahu itu semua seperti pesta budaya. Seperti Karnaval sosial. Hingar bingar kolosal.

Mana mungkin soal iman bisa diukur dari semua itu.
Ziarah ke Mekkah itu kan dalam rangka melihat jejak sejarah. Bahwa di situlah tempat munculnya Islam. Tempat kelahiran Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Betapa perjuangan mereka sangat berarti untuk peradaban moral (ahklak) manusia. Yang hidup beriman pada Tuhan. Agar hati saya tersentuh dan bertambah rasa keimanan saya. Itu kuncinya.

Tapi dibalik semua itu, yang terpenting bukanlah ziarah fisik telah berkunjung ke sana. Tapi adalah ziarah kesadaran. Dari hidup yang hanya sibuk memburu materi ke hidup yang juga mengisi rohani. Dari hidup yang rakus menuju hidup yang bersahaja. Dari hidup yang kacau menuju hidup yang terarah. Dari hidup yang gelisah menuju pada hidup yang penuh makna. Untuk menjadi Islam. Untuk menjadi manusia yang tunduk pasrah akan kebesaran Tuhan. Dan membuktikannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari..Rahayu