Kamis, 21 Nopember 2008  Ini cerita saya yang berlangsung selama sepuluh tahun, sejak dua puluhan tahun yang lalu sampai sekitar tahun 1998an.

Sebagai seorang yang telah lama berusaha dengan status swasta seratus persen, pasti bisa mengerti dan tau merasakannya, kalau berhasil membuat sesuatu yang tadinya hanya sebuah pikiran awal yang amat awam, bisa terwujud menjadi sesuatu yang nyata. Apalagi wujud nyata itu adalah sebuah usaha bisnis yang bisa menciptakan kerja baru bagi orang lain. Orang-orang lain dari macam-macam kalangan, pelajar atau sarjana yang baru saja lulus sekolah, para penganggur dari segala tingkatan dan mereka yang hanya tau untuk "menjual" tenaga yang ada di tubuhnya belaka. Mereka ini semuanya berani meninggalkan tempat tinggalnya yang lama dan masuk ke dalam daerah yang belum pernah dirambahya, berkelana ke tengah-tengah hutan, terpencil dari kehidupan sosial masyarakat ramai seperti biasanya sebelum ini. Lima orang jumlahnya bisa menekuni usaha seperti usaha warung makan ala Tegal dan sepuluh orang yang bisa menekuni pekerjaan seperti sebuah usaha bengkel mobil, sepeda motor, bahkan seratus orang tenaga kerja untuk usaha penjualan sesuatu produk. Misalnya memasarkan kaset pelajaran bahasa Inggris, atau penjualan beberapa penerbitan encyclopaedia. Saya yang sebagai seorang pengusaha swasta seperti itu, telah merasakan itu semua. Bahkan dapat juga terikut  berkesempatan untuk menciptakan kerja bagi lebih dari lima ratus tenaga kerja, untuk kurun waktu tertentu.dari banyak tingkatan di bidang eksplorasi pertambangan di suatu lokasi, secara bersamaan mendapatkan permodalan dari negeri lain yang sah dan tepat waktu sesuai rencana dan waktu bila dibutuhkan. Usaha seperti ini memang dinilai amat tinggi risikonya oleh para pelaku bidang keuangan di Indonesia, terutama di kalangan perbankan. Risiko Tinggi (high risk) adalah istilah yang digunakan mereka untuk jenis usaha eksplorasi pertambangan. Dengan kegiatan ini maka terciptalah nafkah-nafkah pekerja yang lumayan dan jauh di atas Upah Pokok Minimum standard pemerintah, bahkan berlipat kali lebih baik. Juga tercipta pajak-pajak yang disetor melalui Kas-Kas Negara termasuk pungutan-pungutan resmi karena kegiatan eksplorasi baik kepada Pemerintah-Pemerintah daerah maupun Pemerintah Pusat di Jakarta. Tidak ingin saya untuk menjadi terkenal di media atau bidang manapun, karena memang selalu menjaga agar tetap bersikap low profile. Sikap sosial yang high profile seperti selebriti, lebih banyak mudaratnya daripada bermanfaat. Terlalu boros untuk mengimbangi hidup susah rakyat kebanyakan. Yang penting bagi saya: menciptakan pekerjaan bagi para penganggur atau bagi mereka yang berani dan berkeinginan untuk ikut serta menjadi pionir-pionir, ikut menjelajah daerah-daerah yang tidak didatangi oleh manusia sebelumnya. Kata-kata di film seri Star Trek berlaku di sini: …. Where no one has ever gone before ….

Banyak daerah yang kami datangi dan menemui penduduk yang sudah berumur yang mengatakan belum pernah melihat orang putih yang disebut belanda yang pernah menjajah Tanah Air kita selama sekian ratus tahun lamanya. Bahkan mereka ada yang mengatakan belum pernah melihat atau bertemu dengan Serdadu Nippon yang menjajah negara kita sejak tahun 1942 sampai dengan 1945. Begitu terpencilnya mereka, yang mereka ketaui adalah diri mereka sendiri dan masyarakat kecil mereka sendiri yang juga kecil sekali. Di dalam hati, saya berkata kalau saja kami para eksplorer ini tidak datang ke sini, maka daerah ini akan tetap saja sepi tanpa pengunjung atau pendatang. Bahkan tanpa tau apa dan bagaimana daerah itu, berpotensi tambang apa dan bagaimana cara kesampaian daerahnya. Sayapun menengarai bahwa tangan pemerintah tidak sampai ke penduduk di daerah itu, terbukti dari mereka belum pernah mendapatkan bimbingan bagaimana menabung hasil kerjanya dan memikirkan masa depan keluarganya. Hubungan Camat dan penduduk hanya sebatas: bahwa penduduk itu harus menghormat pak Camat karena beliau itu adalah wakil pemerintah yang mewakili Negara. Apa itu Negara, saya ragu mereka mengerti apa itu. Yang penting mereka tidak diusik dari bidang pekerjaan sehari-hari, yang ditirunya dari Ayung (Nenek Moyang) nya sejak dahulu kala, apakah itu berladang, mencari hasil hutan dan mengail ikan di sungai atau mendulang emas. Itu lah yang mereka bisa dan mereka sudah biasa. Itu semua adalah apa-apa yang harus saya hormati: jangan sampai kegiatan saya mengganggu siklus hidup mereka yang sudah mendarah daging.

Begitulah usaha eksplorasi tambang ini, mendapatkan modal usaha dari partner asing dari Bursa Saham di Kanada dan Australia, digunakan untuk bisa dimanfaatkan dengan benar di sebuah daerah yang terpencil.

Unsur pemerintah amat sedikit terasa geraknya, dan perbankan pemerintahnya allergi terhadap usaha eksplorasi pertambangan. Meskipun daerah pertambangan itu semuanya berada di dalam negerinya sendiri, karena memang mindset bisnis yang sudah berakar di kepala para birokrat dan  ekonom itu, seperti itu, maka usaha eksplorasi ini telah dirasuki oleh modal asing yang suku bunganya memang terasa amat bersaing kuat sekali. Dengan menggunakan dana yang berasal dari Bursa Saham, maka hampir nol lah biaya dananya, hampir tanpa bunga. Meskipun demikian kehati-hatian (fiduciary banking) yang dilakukan oleh dunia perbankan kita, maka bukan sekali atau dua kali bank-bank kita telah menderita kerugian besar sampai berantakan, oleh ulah usaha seperti industri pembangunan perumahan atau konstruksi pembangunan sipil lain, industri tekstil dan lain-lain. Korupsi di bidang real estate demikian besarnya telah terjadi, mulai dari pemakaian agunan yang diragukan bahkan yang diyakini tidak layak jamin. Ada tanah kuburan bisa dijaminkan, itu desas-desusnya yang telah amat santer pernah terjadi. Pada waktu para birokrat Bank Pemerintah itu dengan "bangga"nya menunjukkan kepada saya daftar  high risk yang nomor satu adalah pertambangan, saya hanya menjawab bahwa pemerintah telah kehilangan momentum atau kesempatan pertama untuk bisa ikut mendanai dunia pertambangan sejak masih dalam tahap awal. Bila nanti saatnya tiba, kita bisa menggunakan modal asing, janganlah menyalahkan modal asingnya. Rabalah dahulu tengkuk kita masing-masing sendiri.

Saya memberikan peringatan dini seperti itu, mereka tetap bergeming, menolak untuk mulai merubah pola pikirnya, meskipun demi Tanah Air kita bersama. Saya tunjukkan bahwa di Propinsi Kalimantan Timur salah sebuah perusahaan tambang batubara PT KALTIM PRIMA COAL telah melakukan investasi senilai dengan uang tunai enam ratus juta Dollar Amerika Serikat. Itu baru satu saja perusahaan, bagaimana dengan PT KIDECO dan PT ARUTMIN di Kalimantan Selatan dan sekian puluh PT yang dimodali oleh pihak asing, di seluruh Tanah Air kita. Di dalam bagian yang mana dalam usaha perbankan, bank-bank milik pemerintah ataupun swasta Indonesia yang telah atau sedang berani untuk ikut serta, berusaha dengan bersaing sehat.

Saya pernah mengajak kenalan saya seorang bankir senior untuk pergi bersama saya ke Vancouver, atas tanggungan saya seratus persen, untuk mendalami system yang digunakan oleh para partner-partner saya yang orang-orang Kanada, agar saya bisa mendapatkan partner pengganti yang orang berkebangsaan Indonesia, akan tetapi yang tetap menggunakan dana dari stock-exchange di sana. Jawaban yang saya dapatkan negatip dan saya yang memanggul pekerjaan saya memang telah membuat saya menjadi sibuk sekali, hanya mampu menyesalkan bahwa saya tidak berhasil mendalaminya sendiri. Saya kira kalau saya menjuluki mereka yang seperti kenalan saya itu dengan istilah jago kandang, tentunya sudah pas dan tepat sekali. Mereka hanya mengejar proyek-proyek yang didanai oleh APBN dan  APBD saja. Mereka tidak tau bagaimana menangkap dana dari pihak asing untuk digunakan bagi pembiayaan di dalam usaha di dalam negeri sendiri.

Bagian tulisan di atas menggambarkan bagaimana upaya saya untuk menciptakan kerja bagi orang lain, dari waktu ke waktu.

Pada hari ini, pada akhir tahun 2008 saya melihat berlangsungnya kejatuhan nilai mata uang internasional terhadap yang lainnya dan Rupiah tidak terkecuali … Semua ini dimulai dari kejatuhan operasi sebuah perusahaan yang bangkrut bernama Lehman Brothers. Semua perdagangan saham di dunia terancam jatuh berkeping-keping. Perusahaan-perusahaan besar yang dulu dengan gagah perkasa menguasai dunia automotive dan otomotive di Amerika Serikat, kemarin disamakan sebagai sekumpulan pengemis, dengan topi yang ditengadahkan ke atas, meminta bantuan sekian miliar USDollar untuk bisa meneruskan usaha dan bangun kembali. Diberitakan juga bagaimana misalnya General Motors ambruk dan menutup usahanya, perkiraan tenaga kerja yang akan kehilangan pekerjaan tetapnya akan bisa mengakibatkan mencapai satu juta orang. Seperti telah terlebih dahulu diberitakan maka Citigroup sedang melaksanakan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dengan 52000 karyawannya dari semua tenaga kerjanya yang berjumlah 300.000 orang di seluruh dunia. Di Singapura sendiri ada 9000 karyawannya Citibank.

Lihat cuplikan / potongan berita berikut ini:

 

ABOUT 200 to 250 jobs are set to be shed from the Singapore unit of US banking behemoth Citigroup, a source has told The Straits Times.

A handful of staff, mainly relationship managers, have already been notified that they are being let go, other sources say.

Given the woes of the US parent Citigroup, there were also rumours of Citi Singapore starting to tighten credit.

The US banking giant is a major player here in credit cards, car loans and other forms of secured and unsecured credit.

Any major tightening of this sort of credit would have widespread implications for consumers and businesses here.

 

Maka dengan sendirinya di Singapura bukan saja hanya Citibank, akan tetapi juga bank-bank lain yang dulu kelihatan tegap gagah perkasa, dapat mendanai ini dan itu. Mari kita perhatikan bagaimana payahnya keadaan bank-bank tersebut di Singapura yang juga adalah bagian dari usaha bank internationalnya, yang telah pada minggu lalu dan sekarang sedang melakukan PHK:

American Express  à 7000 orang

National City Corp. US bank  à 4000 orang

Goldman Sachs à 3300 orang

Barclays à 3000 orang

UBS à 2000 orang

USBC à 1600 orang

DBS Group à 900 orang

Credit Suisse à 500 orang

Dengan menyertakan Citigroups yang 52000 orang , maka jumlah pekerja dibidang FINANCE mencapai 74300 orang yang diPHK.

Bidang MEDIA: 3600 orang, OBAT: 7200 orang, MANUFACTURING: 26510 orang, ENERGY: 200 orang,  TECHNOLOGY: 55320 orang, HOUSING 2300 orang, FOOD & BEVERAGE: 6450 orang, TRANSPORTATION: 10700 orang.

Di dalam bidang-bidang tersebut ada nama-nama besar seperti TIME Inc. (600), MERCK (7200), Renault (6000), General Motors (5500), CHRYSLER (5000), PEPSI Co. (3300) dan PEPSI BOTTLING (3150), DHL (9500), AIR NEW ZEALAND (200), SONY (20000), MOTOROLA (3000) dan lain-lain sampai-sampai NOKIA (600).

Bagi saya sungguh sedih melihat para kapitalis ini ikut bergelimpangan dan telah, karena terpaksa tentu saja, melakukan PHK seperti ini. Untuk diketaui bahwa pemecatan di perusahaan-perusahaan besar itu akan menyebabkan downsizing (penciutan organisasi) di dalam perusahaan-perusahaan penunjang yang selama ini telah hidup sebagai supplier/pemasok dari perusahaan-perusahaan besar itu.

Di sebuah Galangan Kapal yang besar, jumlah para supplier dari bagian-bagian kapal yang dibangun akan bisa mencapai 200 perusahaan penunjang. Jumlah tenaga kerjanya dapat anda bayangkan sendiri. Seperti diketaui, keadaan menyedihkan ini, yang orang telah menyebutnya sebagai resesi (recession) sebenarnya telah juga akan disusul dengan collapse atau depressi dan keadaan MALAISE Ekonomi bukan tidak mungkin akan terjadi sebentar lagi.

Sebagai seorang yang selalu menginginkan perdamaian, maka saya khawatir keadaan susah yang mengglobal akan memicu perseteruan antar bangsa yang akan membawa ke arah kesukaran yang lebih gawat lagi. Peperangan secara fisik saling membunuh mungkin tidak akan menjadi trend lagi, akan tetapi peperangan demi membela diri dari kejatuhan gerak ekonominya, tentu akan terasa lebih ganas.

Saya berpendapat pemerintah sekarang akan baik sekali bila menggalakkan ekonomi kaum rakyat jelata. Mereka bisa beraktivitas di sekitar dunia mereka sendiri, menjual atau membeli tempe, tahu dan ikan asin. Beras dengan mutu kurang bagus pun mereka konsumsi dengan nyaman. Ingatlah kegiatan mereka seperti ini adalah on cash and carry basis, tidak ada utang-utangan seperti kartu kredit dan segala macam future trading atau bahkan mengkapling daerah-daerah di Kutub Utara dan Ruang Angkasa.

Bila Wall Steet pernah mempercayai credo: GREED IS GOOD, maka itu telah terbukti NOT GOOD AT ALL.

235 juta jiwa rakyat Indonesia amat tergantung dengan keputusan yang bijaksana dari para penyelenggara Negara kita. Mereka, rakyat jelata  tidak akan tahan bila keputusannya akan berbentuk trial and error. Tenangkanlah pikiran dan bertindaklah bijaksana. Jangan lagi mengekor ke"bijak"an yang selama ini amat dipercayai hampir seperti menyembah Dewa-Dewa. Yang kita percayai sebagai MARKET dari dulu ternyata hanya mewakili sebuah struktur yang seperti gelembung sabun. Perusahaan-perusahaan tidak sanggup meneruskan usahanya, bangkrut, tetapi minta diselamatkan oleh Pemerintahnya masing-masing. Anda tentu tau bahwa penyelamatan itu semuanya menggunakan uang yang sesungguh-sungguhnya adalah hak milik rakyat kecil. Selamatkan mereka terlebih dahulu daripada menyelamatkan Lehman dan Bakrie dua-duanya Brothers. Mereka ini kan pengusaha tangguh dan sudah lama berusaha, biarkan saja mereka menyelamatkan dirinya sendiri. Survival of the fittest berlaku disini. Mereka bisa downsizing, mereka bisa lebih effisien, mereka bisa survive, apapun hasilnya nanti.

Hanya jangan lupa untuk tetap memberikan hak-hak rakyat seperti semestinya.

 

Anwari Doel Arnowo

Jumat, 21 Nopember 2008 – 10:58:54