Kisruh Blue Energy berlanjut terus karena menyangkut nama Presiden yang mendukung didirikannya pabrik Blue Energy di Cikeas yang dikepalai oleh pembantu presiden ialah Heru Lelono, pemimpin pendirian pabrik serta proyek Blue Energy. Menurut berita, proyek ini sudah menghabiskan Rp 10 milyar , memang nggak begitu besar beaya segitu untuk proyek teknologi canggih, ini juga meragukan : apa benar ?

Ada pula ceritera bagaimana Komnas HAM membela Joko Suprapto yang
menemukan Blue Energy dan dikhawatirkan oleh Ketua Komnas HAM :
Yoseph Adi Prasetyo yang dengan lantang menyatakan dugaannya ada yang
mau mencederai atau menculik Joko Suprapto dan keluar juga kata-kata
bahwa pihak asing yang ada urusannya dengan bisnis minyak, serta bla
…bla …bla ….. kayaknya masalah penemuan Blue Energy gampang aja
. Tetapi pengamatan pakar Teknologi Mesin : Profesor Nakoela Soenarta
jelas meragukan apakah ada temuan yang hebat macam Blue Energy. Nama
Blue Energy juga dipakai oleh ahli-ahli Belanda yang berusaha
menemukan bahan bakar alternatip dengan reaksi air atau hydrogen.
Upaya yang sama juga dilakukan oleh Profesor Watanabe di Jepang untuk
menemukan bahan bakar dengan reaksi hydrogen  dan menyatakan bahwa
penemuan macam begini masih memerlukan waktu lama untuk dijadikan
proyek komersiil, mungkin baru 20 atau 30 tahun lagi. Sekarang upaya
menggunakan reaksi hydrogen masih sangat mahal beayanya, sangat mahal
dibandingkan dengan minyak bumi yang harganya sudah mencapai USD 137 /barrel.

Terlalu banyak pihak bernafsu akan penemuan yang hebat dari Joko
Suprapto tanpa mau mikir mendalam. Ada kemungkinan proyek semacam ini
merupakan penipuan , bukankah dulu pejabat-pejabat tinggi negara ini
pernah ditipu mentah-mentah dengan kasus Raja Idris dan permaisurinya
Cut Sahara Fonna dari Aceh yang bilang bahwa bayi dikandungannya bisa
membaca Al Qur'an dan jadilah berita besar, bahkan gubernur dan wakil
presiden sempat terkecoh : akhirnya terbongkar bahwa bunyi pengajian
tersebut keluar dari Tape Recorder kecil yang diselipkan dipakaian
Cut Sahara Fonna : memalukan bahwa begitu gampangnya penipuan
dilakukan. Ini bentuk lain dari penipuan sensasi, tetapi
bentuk-bentuk lain juga mungkin masih banyak dan berhasil mengakali
pembesar negeri ini.

Penemuan teknologi dengan menggunakan zat air sudah lama , bahkan ada
semacam Turbo yang menggunakan penyemprotan kabut air untuk
memperkuat tenaga mesin mobil dan digunakan penggemar otomotip.
Tetapi memang penggunaan tersebut untuk "tarikan" mesin, bukannya
penghematan penggunaan bahan bakar. Penemuan yang menamakan Blue
Energy di Belanda oleh pakar teknologi dengan memisahkan air laut,
tetapi masalahnya tetap di beaya yang tinggi karena penggunaan
membran yang mahal. Dan diupayakan untuk penemuan membran yang
harganya murah atau proses produksi dan penggunaan bahan baku yang
lebih murah harganya. Di Jepang upaya menggunakan Blue Energy atau
semacamnya dengan proses pemisahan air telah ada, yang menjadi
masalah ialah ukuran peralatan yang besar sehingga untuk pemakaian di
mobil belum sesuai, menurut Profesor Watanabe yang menjalankan
research penggunaan bahan bakar pengganti tadi, masih diperlukan
waktu kira-kira 20 tahun lagi agar penggunaan air sebagai bahan bakar
memungkinkan harga yang terjangkau atau lebih murah ketimbang
penggunaan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi.

Teknologi bukanlah perkara gampang, karena menyangkut ongkos dan
menyangkut berbagai faktor. Zaman Sukarno dulu, di Pasuruan
diproduksi percobaan sepeda motor buatan Indonesia, ceritera hingar
bingar kemampuan Indonesia dalam menciptakan motor luar biasa
ramainya. Akhirnya urusan ini hilang begitu saja. Apa masalahnya ?
Masalah menciptakan sepeda motor dalam Mass Production ternyata tak
semudah itu: Cost Break Even, kemudian harga yang terjangkau,
teknologi yang cukup memadai. Sepeda motor Indonesia produksi
percobaan Pasuruan tadi teknologinya kuno dan harga juga nggak akan
mampu bersaing dengan produksi negara-negara yang sudah maju. Kita
cermati aja produksi mobil nasional yang gegap gempita, mulai dari
yang berasal dari merk Jepang Nissan yang diproduksi oleh Indokaya :
berakhir dengan kebangkrutan. Kemudian yang katanya produksi kelompok
Habibie yang terkenal dengan kibulan High Tech dan menjadi ejekan
tayangan Republik Mimpi dengan pelakon Habudi .Yang seru ialah Timor
Putra Nasional yang memproduksi KIA tetapi mengaku sebagai ciptaan
bangsa Indonesia, ini kan keblinger. Yang berhasil sampai sekarang
cuma produksi orang jepang yang namanya Kijang : siapa yang bilang
Kijang Inova bukan barang bagus ?

Jadi dalam urusan Blue Energy Cikeas gimana kelanjutannya ? Kita
tunggu aja hingar bingar hilangnya Joko Suprapto yang ternyata bukan
Alumni Universitas Gajah Mada dan kemungkinan dia cuma orang
sederhana macam Raja Idris dari Aceh tadi. Kalau sampai demikian
alangkah memalukan upaya Heru Lelono memanjakan proyek Blue Energy
dan berkoar-koar sebagai pembantu presiden , orang nomor 1 di
Republik Indonesia. Seyogyanya penemuan-penemuan teknologi hebat
diperiksa dengan teliti melalui lembaga-lembaga yang memiliki
kemampuan Sumber Daya Manusia , misalnya Universitas Indonesia, ITB
dan industri-industri otomotip , mungkin juga BPPT dan sebagainya !

Jakarta, 27 Mei 2008