Thursday, January 10, 2008 Barrack Obama dan Hillary Rodham Clinton memikat dan menyita perhatian, tetapi saya tidak terlalu memperhatikan seluruh berita. Berita di dalam negeri sendiri saja,  saya sering kurang meminatinya. Meskipun demikian saya banyak menerima email dari Amerika dan Kanada. Dari yang anti kepada keluarga Clinton maka bunyi email-emailnya amat menjelek-jelekkan dengan macam-macam cara, yang hampir sama dengan yang terjadi di Republik kita. Yang menyukai Clinton juga ada yang menjelek-jelekkan Barrack Obama. Dia dibilang sebagai pernah menjadi Muslim karena ayahnya Obama yang orang Kenya memang Muslim. Ayah keduanya juga seorang Muslim yang tidak aktip. Demikian juga saudara-saudaranya yang lima laki-laki dan satu perempuan juga Muslim. Mereka menulis masalah Muslimnya  keluarga Obama seperti sesuatu yang patut disingkiri. Saya pun kadang-kadang terbawa emosi juga, tetapi terbatas kepada apabila para selebriti politik itu pernah, sedang atau berpotensi akan memboroskan uang yang mestinya menjadi hak rakyat. Orang-orang yang seperti ini terlalu banyak berkeliaran di Indonesia dan malah masih banyak yang  memujanya, yang memuji-muji karena jasa-jasanya dan lain-lain, kemudian  mengusulkan agar diampuni dosa-dosanya.

 Sepengetahuan saya sejauh ini, yang bersangkutan sewaktu sedang sehat walafiat dan sedang berpura-pura sakit sampai menjadi tidak berdaya sama sekali karena betul sakit dan sekarat, BELUM PERNAH MINTA AMPUN SATU KALIPUN. Para pengusul itu mempunyai hak untuk menyatakan apa saja sesuai dengan argumentasinya, tetapi undang-undang yang ada bunyinya kalau diucapkan oleh si A yang memang pendukungnya, pasti positip dalam cara mendukungnya. Kalau yang anti pasti menjelekkan secara berlebihan. Saya bukan termasuk dua-duanya, tetapi sering masih emosi, sebab soal uang yang haknya rakyat seperti yang saya terangkan di atas. Saya ingin masalah ini ditangani dengan hati-hati dan yang fair-adil, seimbang, tidak menyetop kasusnya meskipun dia nanti sudah meninggalkan dunia fana ini. Tidak memihak apapun termasuk tidak memihak uang. Uang yang bergebung-gebung dan jumlahnya ngaudubillah, bermiliar USDollar. Saya mempunyai pilihan yang mungkin juga masih susah dilaksanakan: berikan dan serahkan kembali kepada negara semua uang dan harta yang DICURI oleh dia sendiri maupun oleh anak-anaknya, baru pengampunan akan enak dijalankan. Dengan menyerahkan UANG DAN HARTA saja sudah memperlihatkan bahwa dia mengakui itu uang yang dimaksud. Kalau tidak mau menyelesaikan usul ini maka sampai kapanpun dia dan anak-anaknya akan diburu oleh scavengertukang pulung yang akan mengelilingi keluarga anak-anaknya biar bersembunyi di Boston, London atau di Charlotte sekalipun. Kalau diantara pendukung tadi ada yang telah mendapatkan rejeki dan kemuliaan karena si sakit itu, kelihatan wajar saja kalau dia bertindak membabi buta oleh karenanya.

Sebagai insan politik tentunya dia  mengerti. Tidak boleh menaksir dan menafsirkan hukum seenaknya saja, demi kepentingannya sendiri. Rakyat telah sering dan kenyang dibohongi, menurut istilah orang Barat telah dipecundangi dari future incomependapatan masa depan, yang pada saat ini telah berlalu juga. Para pendukung ini tidak boleh sama sekali mengeluarkan pendapat seperti itu, karena bisa dianggap  menyesatkan serta bisa dituntut. Saya juga sudah lama memaafkan orang lain yang saya anggap telah pernah melukai perasaan saya, meskipun dia tidak mau dan tidak pernah meminta maaf kepada saya.

Itu adalah urusan saya pribadi.

Dalam hal yang menyangkut hak orang banyak, orang yang tidak mengerti, orang yang masih miskin sampai dengan hari ini, semestinya hal seperti itu sama sekali tidak boleh dan tidak patut dilakukan.

Para selebriti politik ini banyak yang menduduki jabatan-jabatan selama hidupnya dan digaji dengan menggunakan uang rakyat yang sedang melarat dan susah hidupnya. Apa yang mereka lakukan seperti itu: mendukung orang yang belum dikatakan berjasa atau bersalah secara hukum, adalah amoral. Diantara mereka ini banyak juga terdapat mereka yang ikut menggulingkan tokoh sebelumnya dengan memaki-maki dan memfitnah habis, segala sisinya. Bukankah tokoh yang ini belum juga dinyatakan bersalah dan melanggar oleh hukum yang ada. Ya, dia pernah ditolak pertanggung jawabannya oleh MPRS yang anggotanya dikuasai oleh golongan tertentu saja.

Untuk masuk ke daerah sekitar gedung sidangnya saja sudah dihalangi oleh paramilitaryparamiliter seperti Kami dan Kappi.

Saya sekarang dan mungkin akan seterusnya bisa saja memandang yang seperti itu adalah palsu dan tidak senonoh.

Di pandangan mata saya hal seperti ini disebabkan hanya karena semua undang-undang dan peraturan memang sudah diarahkan ke arah yang dituju dengan biaya yang tak terbatas. Menggunakan semua senjata Angkatan Perang untuk meloloskan maksud mengangkat orang yang sekarang sedang sakit dan sekarat itu. Kesalahannya sudah diumumkan oleh  StAR (Stolen Assets Recovery) yang diprakarsai oleh PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) dan Bank Dunia.

Ini pun belum tuntas dan tidak akan tuntas karena dengan jelas-jelas dihalangi oleh para pendukung, si sakit di atas. Bolehkah saya tidak terlalu peduli terhadap hal ini? Ya memang boleh!

Mengapa pula saya peduli?

** Sepanjang saya tidak berbuat sesuatu yang akan bisa dan menyebabkan kerusuhan dan kegelisahan bagi masyarakat umum, saya masih aman dalam batas-batas kepantasan dan kepatutan.

** Hillary Rodham Clinton adalah wanita pertama yang telah maju sebagai Calon Presiden Amerika Serikat.

Barrack Obama juga sebagai orang berkulit warna gelap yang juga akan sebagai Calon Presiden yang orang pertama berkulit warna gelap , kalau memang menang pemilihan.

** Sepanjang saya ingat saya juga harus berpikir bahwa Indonesia belum pernah dipimpin oleh seorang wanita yang berkulit warna gelap, entah dari Ambon dan dari Papua.

Kalau ini terjadi maka sudah akan menghidupkan isu baru yang para Kyai dan Ustad  berdebat masalah peri hal kewanitaannya, belum lagi kalau nanti ternyata si wanita berkulit warna gelap itu tidak beragama Islam . . .

** Sepanjang yang saya ingat yang begini adalah penyebab isu baru yang menyebabkan orang Indonesia lupa bekerja bersungguh-sungguh karena ada isu penting, lebih penting dari keperluan dunia, yaitu untuk keperluan akhirat.

Keperluan dunia nanti saja.

Apalagi kepentingan dunia itu amat menguras tenaga. Pikiran tidak seberapa diperlukan. Mengeluarkan kata-kata lebih mudah dan ringan daripada mengeluarkan keringat. 

Anwari Doel Arnowo