Beberapa kali aku coba menulis pengalaman bisnis atau pemikiran bisnis, tapi Apakabar lebih hidup tampaknya dengan urusan agama, dengan debat Sorga dan Dunia. Kita coba lagi menulis mengenai bisnis, mudah-mudahan membangkitkan penulis lain untuk menulis serta berbagi pengalaman. Bisnis merupakan lahan yang sangat kurang dinegara ini, sama dengan kurangnya tulisan mengenai bisnis. Padahal justru bisnis mampu menghasilkan nilai tambah dan mampu menghidupi keluarga. Jumlah bisnis di Indonesia sangat kurang dan sangat dibutuhkan. Taiwan di tahun 1970-an, dimana jumlah penduduk masih kisaran 10 juta atau 12 juta jiwa membangun 40.000 bisnis baru pertahunnya.

Jadi kalau diumpamakan
perbandingannya merupakan garis lurus, Indonesia
dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa ,
membutuhkan 800.000 bisnis baru setiap tahunnya ,
bisnis segala ukuran , bisnis raksasa, bisnis
besar, bisnis menengah atas, bisnis menengah,
bisnis menengah bawah, bisnis kecil dan bisnis
gurem . Suatu jumlah raksasa yang dibutuhkan
dinegara ini untuk menuju kemakmuran dan menuju
terciptanya lapangan kerja. Hanya dengan kerja
keras, negara harus dibangun menuju kemakmuran.
Tetapi bisnis juga mengandung resiko , sebab
Survival bisnis di Taiwan maupun dinegara-negara
lain berdasarkan studi yang pernah dilakukan oleh
Harvard University ataupun National University of
Taiwan merupakan angka kisaran 20 % atau 25 %,
selebihnya bangkrut atau habis dan harus mulai
dari bawah lagi. Jadi membangkitkan entrepreneur
yang berani menanggung resiko adalah tugas kita
semuanya, membangkitkan kemauan berusaha atau
berbisnis dengan aturan normal dan mengikuti pola
serta norma bisnis : No Pain No Gain !

Kemarin aku bersama seorang teman sempat belanja
di Mangga Dua , belanja peralatan elektronika dan
komputer karena ada keinginan merakit komputer
yang lebih canggih sebagai hobi , sekalian
membeli beberapa suku cadang seperti mother
board , hard Disk , casing yang lebih bagus dan
sebagainya. Ditempat jualan, ada kios kecil
ukuran 2 kali 2 meter dengan beberapa pelayan
toko yang sigap dan seorang wanita berumur
mungkin dibawah 30 tahun yang asyik menghitung
uang, ialah pemasukan penjualan suku cadang
komputer. Kios kecil yang luar biasa sibuknya dan
seorang pemuda berumur kira-kira 30 tahunan sibuk
merakit komputer diluar kios.

Untuk pembelian komponen dan peralatan komputer
dibuatkan perhitungan dan jumlah yang harus
dibayar Rp 6.341.000,- jumlah yang lumayan untuk
pengeluaran hari Jum’at, dan disebelahku seorang
paruh baya berpakaian rapi membayar bon sejumlah
Rp 15.000.000,- kayaknya seorang penggemar
teknologi yang akan merakit komputer. Beberapa
pembeli asyik menanyakan komponen dan pelayan
toko yang cukup mahir mampu menerangkan perbedaan
antara beberapa merk dan orang muda yang asyik
merakit selalu ditanyakan kalau ada yang tak
diyakini oleh pelayan toko sebagai keterangannya
yang tepat. Tetapi hampir semua pertanyaan si
pelayan merupakan diskusi atau keterangan yang
juga cukup dimengerti oleh pelayan toko. Dalam
bayanganku menerawang, apakah pelayan toko akan
terus mengupgrade pengetahuannya kemudian
mengambil langkah menjadi pengusaha ? Aku masih
mengingat-ingat, dimana aku pernah lihat si
engkoh atau si enciek tadi ? Kembali sekitar
tahun 1995, aku pernah melihat si engko muda tadi
masih anak muda banget menjaga toko peralatan
elektronika di Glodok, dan kebetulan aku pernah
membeli peralatan kantor berupa pengeras suara
yang digunakan dilapangan dalam mengantar tamu
atau pengunjung pabrik dan tour pabrik yang
biasanya dipandu oleh salah satu supervisor
pabrik yang menerangkan proses produksi dipabrik
manufacturing sepeda motor Honda. Yah, aku masih
ingat si pemuda yang rajin bekerja diusia
kira-kira belasan tahun, mungkin 15 atau 17
tahunan, badan kecil dan berpakaian sebagai
layaknya pegawai toko atau mungkin dia anak si
empunya toko. Nyatanya 12 tahun kemudian ia
memiliki kios dan bekerja dengan istrinya. Luar
biasa perjuangan suami istri tadi. Berapa omzet
penjualannya ? Dengan mereka-reka dan beberapa
kali mengunjungi kios tadi, aku dan teman yang
memang juga berbisnis Wartel dan memiliki
workshop komputer untuk service dan membetulkan,
kami menaksir bahwa penjualan kios kecil tadi
diperkirakan kisaran 50 sampai 80 juta / hari .
Luar biasa besar untuk bisnis di kios dengan
ukuran 2 kali 2 meter. Jadi diperkirakan omzet
perbulan dikisaran Rp 1,5 milyar sampai Rp 2,5
milyar : luar biasa untuk ukuran kios kecil
dengan 7 atau 8 pelayan toko. Kios kecil yang
dimanfaatkan habis-habisan dengan penjualan cukup
bagus dan kerja yang sangat efisien.

Yang aku bayangkan ialah , apakah bisnis pasangan
tadi termasuk UKM – Usaha Kecil Menengah ? Kalau
dilihat dari ukuran kios, kecil banget, tapi
kalau sudah menyangkut omzet : luar biasa dan
setahunnya bisa mencapai mungkin kisaran Rp 20
milyar . Masih terbayang bahwa penghidupan mereka
sangat sederhana sebagaimana pengusaha-pengusaha
semacam itu di Mangga Dua atau Pasar Pagi dengan
berbagai macam barang penjualan. Salah satu toko
yang agak besar di Mangga Dua yang aku kenal
ialah Oxal Computer yang memiliki 3 atau 4
cabang, tadinya juga kios kecil yang berkembang
dan omzet penjualannya jauh diatas Kios
Quadran ukuran 2 X 2 m2 tadi. Oxal memiliki toko
yang terus berkembang dengan tampak berbagai stok
peralatan komputer , laptop berbagai model,
casing berbagai jenis, monitor berbagai model dan
penjualannya jauh lebih besar dan lebih enak
belanja di Oxal yang jauh lebih lengkap. Tapi
menurut kawan yang bersama-sama belanja, harga
Oxal sedikit lebih tinggi ketimbang Kios Quadran
yang letaknya lebih nyempil disudut pertokoan
Mangga Dua tadi. Kios atau toko-toko semacam ini
banyak sekali dan zaman Information Technology
memang zaman penjualan peralatan komputer, memang
era perdagangan IT yang marak. Barangkali
sebanding dengan banyaknya kursus-kursus atau
jumlah penjualan software yang resmi maupun yang bajakan.

Ngomong-ngomong dengan pemilik toko ( Oxal
Computer ) , ia berceritera bahwa sebenarnya dia
sudah habis ( maksudnya Bangkrut ) setelah
kerusuhan 13 – 15 Mei 1998, tokonya hancur lebur
dan barang dagangan habis dijarah. Ia merasakan
beberapa saat sebagai orang sial yang miskin
semiskin-miskinnya dengan hutang entah berapa M,
demikian pula nasib kawan-kawan sesama pedagang
didaerah Mangga Dua maupun Glodok. Ia berceritera
bahwa kalangan pedagang Mangga Dua atau Glodok
benar-benar habis, benar-benar tak berdaya dan
untuk mencari makan sehari-hari aja bingung.
Yah...... katanya, kita mulai dari NOL lagi,
mulai dari bawah. Jadi dagang apa ? Ada temannya
yang dagang gado-gado, ada yang mulai berdagang
sebagai tukang catut dan berbagai profesi untuk
survival. Tetapi sebagian besar yang memiliki
tabungan, yah .... merenung dan mencari peluang
lagi ! Untungnya ada zaman HP – Hand Phone,
dimana mereka masih bisa dihubungi relasi mereka
yang sudah biasa berdagang dan menjadi penyaluran
bisnis dari luar negeri. Itulah yang
diistilahkan NETWORKING, itulah barangkali MODAL
utama dalam bisnis dengan istilah TRUST atau
kepercayaan dikalangan pedagang. Kenapa TRUST
begitu penting ? Coba anda belanja peralatan
komputer dan anda menanyakan : apakah ada Casing
merk X atau adalah barang Y yang mahal dan jarang
ada ? Biasanya toko akan mengatakan ada .... dan
mulai telpon kanan kiri kemudian menyodorkan
suatu harga, yang biasanya harga yang sangat
layak. Mereka biasanya mengerti betul, siapa agen
barang tersebut atau siapa yang bisa mensupply
barang-barang tadi, itulah arti networking dan
kalau kita setuju dan mau membeli barang tadi,
mereka akan mengatakan : “ Pak, barang tersebut
akan disediakan dalam 10 menit atau 30 menit ! “
Jadi di Mangga Dua ditoko mana saja atau kios
mana saja , anda bisa membeli barang apa saja
selama barang tersebut ada digudang atau toko
lain di Jakarta. Kalau persediaan tak ada, mereka
akan memberikan waktu perkiraan berapa lama
barang tersebut tersedia. Jadi kalau kita sudah
berlangganan dengan toko tertentu, kita tinggal
kesana dan membeli segala produk kebutuhan kita !
Itulah luar biasanya networking dikalangan
pedagang atau pengusaha Glodok atau Mangga Dua
dan diantara mereka TRUST atau kepercayaan
bertahun-tahun dan mungkin turun temurun terjadi,
jadi bukan sekali atau seketika jadinya.
Dikalangan pedagan tekstil demikian juga,
dikalangan pedagang mesin jahit demikian juga:
Jaringan perdagangan atau jaringan bisnis yang
dinamakan networking ini menembus manca negara,
Singapura – Tokyo – Taipeh, Kaohshiung, Hongkong,
Beijing – Shanghay – Bangkok – dan seterusnya.
Jaringan inilah inti supply segala macam produk
ke Indonesia atau barangkali kekawasan Afrika
sampai India. Jaringan bisnis India juga cukup
besar dan dilakukan oleh kalangan orang India,
umumnya tekstil dan mungkin saja akan membesar
dengan perdagangan motor India, perdagangan Bajay dan berbagai produk.

Bagaimana pemilik Oxal Computer berdagang lagi ?
Kira-kira setahun setelah kerusuhan dan
pembakaran habis-habisan, ada rombongan pebisnis
dari luar negeri dan mereka datang kemudian
melakukan pengamatan dan mengubungi
pemilik-pemilik toko kemudian beberapa hari
mengamati dan melakukan perundingan. Tampaknya
dengan “ hilangnya “ bisnis di Indonesia cukup
dirasakan dan naluri bisnis yang diyakini ialah
bisnis produk semacam ini masih akan berkembang
dan masih menjanjikan di Indonesia. Kedatangan
pebisnis luar negeri ini merupakan titik balik
bagi pedagang Mangga Dua atau Glodok dan setelah
berunding dan mencatat segala sesuatunya, dalam
waktu 2 atau 3 bulan , pedagang komputer yang
tadinya jual gado-gado diemperan mulai bebenah,
membangun toko yang rusak atau menyewa kios dan
sebagainya. Dari mana modal ? Modal untuk
renovasi toko atau kios serta barang dagangan
dibeli atau dibeayai oleh pinjaman lunak dari
luar negeri, apa ada syarat-syarat seperti
kolateral atau jaminan ? Yang ada cuma sehelai
catatan, tanpa kolateral atau surat-surat
perjanjian layaknya dengan perbankan, tanpa studi
ini atau itu : hanya sehelai catatan saja ! Luar
biasa jaringan atau networking ini, yang dasarnya cuma TRUST .

Jadi yang terjadi ialah bisnis yang berkembang
pesat dan sepertinya Oxal Computer malah jauh
lebih hebat dan jauh lebih besar ketimbang
sewaktu dibakar habis. Dulu Cuma memiliki 2 toko,
saat ini Oxal berkembang dengan 4 toko dan
penjualan yang jauh lebih besar hanya karena
networking dan trust , 2 hal yang menjadikan
bisnis cepat pulih dan menjadikan Indonesia
sebagai lahan perdagangan yang cukup diminati supplier luar negeri.

Barangkali kisah-kisah bisnis juga tampak seperti
itu : pabrik Rokok Jarum yang raksasa dimulai
oleh suami istri sebagai pelinting rokok kecil
dan kemudian dibesarkan oleh anak-anaknya .
Keluarga Wonowijoyo yang kemudian memiliki bisnis
raksasa juga mulai dari melinting rokok klobot
dan kemudian berkembang menjadi besar dan
meraksasa di kota Kediri , juga pabrik rokok
Sampoerna yang dimulai oleh kakek buyut dan
kemudian dijual beberapa milyar US $ kepihak luar
negeri, mulainya juga pengusaha lintingan klobot
yang gurem. Itulah upaya membesarkan bisnis
secara sehat, kuat dan meraksasa. Banyak kisah
bisnis raksasa yang mulainya bisnis gurem, apakah
juga Sam Walton pemilik Walmart yang raksasa juga
mulainya demikian ? Barangkali semua bisnis
mulainya dari gurem, meskipun ada juga yang
mulainya juga dari besar seperti anak-anak Li Ka
Shing – Hongkong yang mendapat modal dari bapaknya !

Jakarta, 28 July 2007