Cerita ttg Sumanep dan Sumaini dari Lombok Tengah, NTB di KOMPAS ini Kemiskinan: Mereka Sering Tidak Makanadalahcerita ratusan ribu, jutaan orang Indonesia — mereka yg hidup di tanahyg tidak gersang padang pasir ada air penyambung hidup, mereka yg bisahidup di tempat terbuka tanpa harus beratap spt di daerah subtropis
(apalagi kutub) empat musim. Dan mereka yg persis hidup minimalis spt itu. Minum air (kotor) yggratis, dan makan kelapa muda atau 'sayur' (baca: tanam2an secara umum!bukan spt salada air atau bok choy..) seadanya. Tidur ditempat terbukaatau semi terbuka tanpa membuat mereka mati karenanya.

Cerita semacam inilah yg seharusnya menjadi penggerak semua kegiatan
agregat bernegara. Apapun yg akan dilakukan negara, apakah itu ribut
agama, ribut freeport, cepu maupun RUU APP atau republik BBM …
semuanya harus dari sini.

Sumanep dan Sumaini ini telah hidup berdekade secara demikian. Sudah
suratan takdir? Atau suratan takdir lahir di Indonesia? Artinya kalau
lahir di sudan ya sudah mati tanpa keburu punya cucu (Sumanep punya 2
cucu, suami lumpuh total dan anak perempuan tanpa suami). Kalau lahir
di Swedia ya kemungkinan sedang duduk ngopi dan bingung mikir cake yg
tepat untuk nanti sore … sambil menjenguk suami yg di rumah sakit
karena lumpuh.

Apa yg membedakan Swedia dan Sudan diatas?
Siapa yg bertanggung jawab membuat (atau menghilangkan, mengurangi)
perbedaan diatas?
Apa penyebab perbedaan itu juga perlu dibahas, dikaji, tetapi sama
sekali tidak menghilangkan tanggung jawab yg mengurangi perbedaan itu

Apakah 'tuhan' yg menentukan ini semua? bahwa Sumanep lahir di Lombok,
Swahili di Afrika dan Swedenborg di Swedia? Dan sudah, karena 'tuhan
mahatahu dan mahakuasa' maka kita tidak bisa – dan tidak perlu –
berbuat apa2?

Ingat bahwa 'tuhan'
yg sama juga membiarkan kijang dimakan oleh cheetah, cheetah tua di
makan hidup2 oleh hyena, hyena sakit direncah oleh vultures, dan semua
binatang lemah di rencah oleh semut dan serangga? Serangga kecil
kacoak dan ulat di jadikan zombie oleh wasp dan di makan hidup2 selama
ber-minggu2 oleh anak2 wasp itu ?

Melihat yg terakhir, kita tahu persis bahwa 'tuhan' akan membiarkan
Sumanep terus spt itu sampai hari suaminya ajal, dirinya mati, bahkan
mungkin sampai saat cucunya mati.
Apalagi sumanep2 yg di sudan, mungkin harus mengalami di perkosa
beramai2 oleh janjaweed yg gila agama — setelah itu dimutilasi buah
dadanya untuk trophy, dibiarkan telentang di padang pasir dan di gigiti
burung nasar serta semut afrika?

Tentu saja ya.

Siapa yg bisa melakukan perubahan?
Apa saja perubahan2 yg perlu? Anda sebagai pribadi tidak akan bisa
mengubah banyak – itu jelas fakta — jadi jangan ber-seru2 lalu tidak
melakukan apa2 lagi (karena sudah ber-seru2!)

Semuanya mulai dari pikiran anda sendiri. Pertama hal2 spt ini layak
dipikirkan.
Kedua, memikirkan hal2 besar (baca: agregat) spt ini perlu dasar2
ilmiah, ilmu sosial. pemahamannya tidak hanya logika dasar.
Ketiga, perlu empati sangat besar.
Keempat, jangan dikaburkan pemikiran2 lain yg mengaku lebih penting,
spt agama atau ideologis.
dan seterusnya.

Sokur, jika anda bergelar presiden atau gubernur, anda bisa bertindak
langsung. Bukan dengan mengirim beras sekarung (atau setruk pun)
kerumah Sumanep lalu balik Jakarta menangis terharu merasa telah jadi
'pahlawan bangsa'…..
Apa tindakan langsung anda? Mikir!

Tuh Yayasan Gates nya Bill and Melinda Gates bisa jadi ancer2.

Dan paling penting bagi individu2 anda dan saya: jangan sampai ada
suatu hari dimana anda tidak lagi peduli pada kejadian2 spt ini.
Dunia memang tidak adil, dan akan demikian sepanjang segala masa
(termasuk di US, UK dan Swedia pun dunia akan tetap tidak adil), anda
nuntut Dan Brown malah kena denda jutaan dolar –> tidak adil!. Korban
911 dapat 1 juta US, kenapa Katrina cuma beberapa puluh ribu dolar –>
tidak adil!

Tetapi ada threshold (batas) dimana ketidak adilan itu tidak boleh
lewat selalu ada.
Manusia bukan binatang, manusia mempunyai piagam hak2 asasi manusia.
Dan yg paling hakiki dari hak asasi manusia adalah hak untuk hidup
layak.

'Kutukan' bagi kita yg hidup di negara tropis adalah: kita tidak akan
mati oleh alam walau ndlosor habis2an makan rumput minum air anjing —
karena tidak ada freezing temperature dan ketidaan air sama sekali …

Akibatnya jika negara lalai banyak manusia hidup spt anjing …..

Dan yg benar2 'anjing' adalah para penguasa nya.
Itu sebabnya, pemerintah Indonesia tidak layak samasekali untuk
ber-mewah2 – apalagi mengaku sukses — selama masih ada Sumanep dan
Sumaini di Indonesia.
Sebagai rakyat yg baik, kita harus selalu mengingatkan pemerintahan
kita ttg kegagalan performance ini, dan jika perlu menghujat mereka
jika mereka malah bertindak sebaliknya (nyolong duit, foya2, mikir yg
nggak nyambung cuman buat memuaskan hasrat pribadi mereka)

Ahh…

b@b
120406