Seorang sahabat satu jam lalu mengirim sebuah SMS ke HP saya, bertanya: Pak, bagaimana, kalau agama dihilangkan dari muka Bumi? Apa yang akan terjadi?
Ini jawaban saya (diperluas):
Agama itu lahir dari proses evolusi biologis dan proses sosio-kultural. Kalau agama harus hilang dari muka Bumi, ya harus lewat proses evolusi yang sama. Cuma, dalam dunia modern sekarang ini, evolusi bisa berjalan tidak hanya secara alamiah, tetapi juga lewat intervensi sains dan teknologi modern, menjadi evolusi buatan, evolusi artifisial, yang prosesnya bisa jauh dipercepat.
Organ pada tubuh manusia satu-satunya yang terpenting, yang berkaitan dengan kelahiran agama, adalah otak. Dalam otak kita, terdapat neuron-neuron (sel-sel saraf) dan struktur-struktur neurologis yang bersentuhan langsung dengan kelahiran agama. Sebutlah ini bagian-bagian agama dari otak manusia. Struktur-struktur neurologis agama dalam otak ini memunculkan berbagai impuls spiritual pada manusia dan membutuhkan masukan spiritual juga, yang membuat manusia bagaimanapun juga akan selalu memerlukan agama dan melahirkan agama. Karena kondisi neurologis semacam ini, jika agama-agama yang ada sekarang dengan sengaja dihilangkan, otak manusia akan mendorong mereka untuk menciptakan agama-agama baru pengganti.
Nah, hanya jika neuron-neuron dan struktur-struktur neurologis dalam otak manusia, yang melahirkan dan membutuhkan hal-hal spiritual, ditiadakan, dibuang, barulah manusia tidak akan lagi memerlukan agama apapun. Tetapi tentu saja, usaha teknologis membuang bagian-bagian agama dari otak manusia akan selalu ditentang oleh manusia dari berbagai penjuru, kapan pun juga, antara lain karena pertimbangan moral dan religius. Selain itu, tentu akan terjadi komplikasi pada keseluruhan otak jika bagian-bagian agama organ otak dibuang dengan paksa.
Tetapi, secara alamiah bisa terjadi bagian-bagian agama dari otak manusia akan semakin mengecil lalu hilang sama sekali, sejalan dengan evolusi alamiah otak manusia yang sudah berlangsung sejak jutaan tahun lalu. Ini bisa terjadi jika bagian-bagian agama dari otak manusia dari waktu ke waktu makin tidak dibutuhkan, misalnya karena manusia sudah mampu berpikir saintifik, memecahkan semua persoalan kehidupannya lewat jalur sains, dan tidak memberi tempat lagi pada agama. Sesuatu yang tidak dibutuhkan dalam otak manusia, dalam evolusi, akan hilang dengan sendirinya secara alamiah, mengikuti apa yang dinamakan seleksi alam dan proses adaptasi. Tetapi, proses evolusi alamiah semacam ini tidak berlangsung dalam hitungan hari, melainkan memerlukan waktu yang sangat panjang, melampaui umur manusia perorangan.
Nah, daripada mengharapkan agama-agama lenyap dari muka Bumi (mungkin karena orang semakin tidak suka dengan agama karena sering kali agama menjadi sumber kesengsaraan ketimbang memberi kebahagiaan), jauh lebih diperlukan adalah mengembangkan sisi-sisi agama yang ramah, cinta damai, cinta kehidupan, toleran, mendukung kemajuan peradaban, membantu memecahkan masalah-masalah kemanusiaan (dan bukan menjadi bagian dari masalah), dan seterusnya.
Di dalam otak kita, ada struktur neurologis yang dinamakan sistem limbik, khususnya struktur amygdala, yang menjadi pusat neurologis lahirnya agama-agama yang keras dan menghancurkan kehidupan. Baiklah sistem ini kita namakan “binatang jahat” dalam otak manusia. Tetapi, dalam otak manusia, juga terdapat “binatang baik” yang melahirkan agama yang cinta damai, menopang kemajuan peradaban, rasional, penuh cinta kasih, toleran, bahkan liberal. Binatang baik ini berdiam dalam lobus frontal dan lobus anterior cingulate dalam otak manusia, termasuk juga struktur thalamus.
Nah, jika anda ingin agama-agama yang ada di dalam dunia menjadi agama-agama cinta, memperjuangkan kehidupan, menopang kemajuan peradaban, toleran dan liberal, berilah makanan hanya pada binatang baik dalam otak kita, dengan lebih mengaktifkan lobus frontal, anterior cingulate, dan thalamus. Lalu, bunuhlah binatang jahat dalam organ otak anda.
Tulisan berikut ini memberi anda banyak pengetahuan mengenai otak anda, dan juga tentang binatang jahat dan binatang baik dalam otak anda: http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2010/08/how-god-changes-your-brain.html. Bacalah dengan cermat.
Eddy Susilo Bunyamin said:
Sekedar tambahan, jika kita ingin mempersempit ruang gerak “binatang jahat” dalam struktur otak kita, berusahalah untuk mengurangi pemikiran atau keyakinan bahwa Tuhan itu adalah sesuatu yang personal atau sesuatu sesembahan ,karena Religion is not a worship. Jangan memberhalakan agama anda dan mengimaninya sebagai sesuatu yang paling benar. Dengan demikian anda bisa hidup berdampingan dalam kedamaian, persahabatan dan tenteram dengan siapapun dimuka bumi ini seperti yang disampaikan mas Ioanes Rakhmat dalam tulisannya kali ini.
SukaSuka
Apop Tosis said:
Berpikir secara saintifik, sejauh apapun peradaban berkembang, pasti akan ketemu agama, kecuali agama yang dibelokkan sesuai selera manusia yang memisahkan kerajaan sains dengan kerajaan agama. Kesaksian Newberg soal sains otak dalam sistem biologi kepercayaan itu justru membuktikan kebenaran ayat yang menerangkan bahwa orang yang mendustakan ayat tersebut adalah seperti anjing yang selalu menjulurkan lidah, baik dinasehati ataupun tidak. Dengan kata lain, kekafirannya telah membunuh potensi sistem biologi kepercayaannya sedemikian rupa sehingga sistem sarafnya terlanjur sungsang yang selalu mengusir domain kepercayaan. Sebaliknya, pada orang yang beriman, sistem biologinya akan tetap lestari pada keimanannya; potensi keimanan jaringan otaknya malah tambah subur. Sang kreator mencipta alam dengan benar (walau terkadang ada KESAN sadis seperti bencana, penyakit, kelahiran, kematian), teliti (ada takdir seperti konstanta), dan konsisten (empiris, selalu reproducible) yang enak ditonton sebagai sains. Sains bukanlah hewan liar yang tidak bertuan, tetapi jinak dan selalu menurut perintah yang menciptakan, sekalipun itu diperintahkan untuk jadi tunggangan manusia yang mendusta.
(ada info dari Newberg soal struktur otak manusia pemakan babi ?)
SukaSuka
rujakbbk said:
@Apop Tosis, struktur otak kaum pemakan babi justru lebih maju dalam banyak hal.
Yg pasti kaum ini jauh dari pemikirian untuk menjadi pembom bunuh diri, menghargai perbedaan, tidak gampang mewek atawa ngambek jika ‘presidennya’ dibuat ‘joke’. Lihat saja realitanya bahwa negara2 kaum pemakan babi ini jadi tujuan untuk menetapnya kaum yg ‘beriman’ yg eneg sama negara yg katanya ‘beriman’.
SukaSuka
Atheist Mantan Moeslim said:
” ada info dari Newberg soal struktur otak manusia pemakan babi ?”
Apop Tosis ini kelihatan sekali dari Kumpulan Kaum Pemuja Tuhan Jadi-jadian yang bernama Allah SWT. Yang kitab sucinya Sempurna … Gobloknya!!! Coba pikir, bikin bulan puasa saja nggak becus cara ngaturnya. Orang di Bumi Utara atau Selatan dibikin puasa sampai hampir 24 jam sementara yang di Equator / Khatulistiwa dibikin berpuasa lebih pendek waktunya. Rupanya Si Allah SWT dan Si Muhammad SAW itu nggak tahu bahwa Bumi itu bulat dan berputar dengan poros yang miring dengan sudut tertentu!!!! Agama macam apa itu?
SukaSuka
test said:
Utk mjd negara maju yg liberal atheis tentu perlu proses evolusi, yg terkadang tdk sengaja kebetulan terjadi
SukaSuka
dna cinta said:
Agama menempel kuat dalam jiwa manusia bersebab adanya pemaksaan dari orang tuanya. Seandainya seseorang itu tidak dicuci otaknya dengan ajaran agama sedari belia dan sebaliknya diajarkan rasionalitas empiris, tentunya manusia-manusia itu akan cenderung manjadi rasional ateis.
Jadi, pelenyapan agama dalam benak umat manusia tidak mesti lewat evolusi bertahun-tahun atau berabad-abad itu.
SukaSuka
Fumeur de gitane said:
Klaim tentang “KENYATAAN” bahwa kecerdasan serta toleransi masyrakat pemakan babi yang lebih dari pada pengharam babi, memang ada benarnya tetapi kalangan yg mana dulu dan toleransi yg mana dulu. Coba saja kalian jalan2 pakai busana bergambar swastika di eropah, atau renang pakai busana lebih tertutup di kolam renang publik di perancis; ada toleransi?. Toleransi mereka bisa juga berarti “elu-elu, gue-gue” sehingga akhirnya bisa berdampak lebih nyaman berkawan dengan hewan ketimbang dengan manusia. Demokrasi di negara macam gini pun, biasanya hanya buat kalangan mereka sendiri, tapi tidak diterapkan buat manusia dari negara lain (macam hak voting PBB?). Belum lagi toleransi berbohong gaya Blair dan Bush (peradaban yg susah dibanggakan yg tercampur dalam kesenian mereka yg anggun). Ayat mana di kitab yg saya imani yg menetapkan puasa dgn batas matahari terbit dan tenggelam, ayat mana yg bilang bumi seutuhnya (sekarang ini) datar? Ayat mana yg mengatakan manusia tidak bersaudara biologis dengan hewan dan tumbuhan? (jempol buat Darwin yg telah mampu membaca ayat2 suci di alam). Ada banyak tumbuhan dan hewan puasa di musim dingin, hidup dekat dengan apartemen anda-anda di sono, apakah anda tidak perhatikan maknanya?
SukaSuka
Ayat sempurna said:
@Fumeur de gitane : kalo soal claim mengclaim agama anda jagonya (padahal cuma jadi bahan tertawaan yang lain), tapi kenyataannya hidup anda sangat bergantung sama teknologi pemakan babi hayoo jangan bohong…….dan kita liat dalam kehidupan sehari-hari yang paling doyan mempertontonkan kebodohan ya golongan anda
SukaSuka
Big Bang Theory said:
Lagi, 1400 an tahun lalu, ayat ini bertanya pada kalangan ateis:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
SukaSuka
rujakbbk said:
@Big Bang Theory, ahh jualan kecap ya ? Jurus cocokmologi ? Itu ayat niru darimana ya ?
SukaSuka
ss said:
Persoalan pertama adalah asumsi adanya Tuhan atau tidak. Saya cendrung setuju dgn teori Aristoteles dgn Prima Causanya, atau pandangan Agnostik bahwa Tuhan bisa saja ada atau tidak ada, dan memang kemampuan manusia dan pengetahuannya sampai sekarang masih sangat terbatas untuk mengerti alam semesta ini.
Persoalan kedua adalah kondisi agama2 yang ada saat ini. Citranya sdh cendrung rusak karena faktor manusia2 pelakunya yg malah saling menghancurkan daripada hubungan simbiosis mutualistis. Pada jaman abad pertengahan agama kristen merupakan momok bagi pengerusakan, dan abad ini adalah agama Islam yg paling merusak dunia ini.
Persoalan ketiga adalah faktor utama yg menyebabkan saling menghancurkan antar manusia pada dasarnya terdapat dalam diri manusia itu sendiri, dan agama merupakan produk dari budaya yg menjadi salah satu sebab perang yg tidak henti2nya. Tapi kenyataannya dalam sejarah manusia saling menghancurkan tidak disebabkan oleh agama, tapi oleh diri manusia sendiri yg tidak mampu hidup toleransi antar perbedaan2 yg ada.
Persoalan keempat adalah masalah kebutuhan akan spiritualitas dalam diri manusia. Menghilangkan kebutuhan ini jelas bukan merupakan jawaban atas permasalah ini. Itu sama saja dgn keinginan menghilangkan Ras seperti pada ide Hitler dgn Ras Aria-nya. Jawaban untuk dapat hidup harmonis di dunia ini hanya bila manusia dapat menerima perbedaan2 itu dan saling menghargainya, toleransi antar umat manusia yg kenyataannya memang berbeda2…
SukaSuka
memory system in the universe said:
orang2 pintar dan beradab, silakan cek kebenaran pernyataan ayat ini 1400 tahun lebih yg lalu tentang “memory system in the universe”:
6:59 “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (“saved memory”)”
SukaSuka