Tong tolang nangka
Kawinan bapa
Poe salasa
Teu beja beja
Aduh aduh si bapa
Teung teuingin ka ema
Bapamah suka suka
Jeung nu ngora
Lagu Bahasa Sunda diatas sebenarnya adalah salah satu "Local Wisdom"
yang ada di masyarakat Indonesia. Menceritakan dari sudut pandang
'sang anak' yang sedang makan nangka di resepsi kawinan ayahnya yang
nikah diam-diam, bahkan resepsinya pun dilaksanankan pada hari yang
tidak lazim (hari selasa).
Terjemhannya kurang lebih:
Makan nangka
Kawinan Bapa
Hari Selasa
Tidak Memberitahu Siapa-Siapa
Aduh Aduh Si Bapa
Tega-Teganya ke Ibu
Bapa sukanya
Sama Yang Muda
Pria yang nikah diam-diam (tidak ada press-release, dan juga tidak
mengundang khalayak dan juga tidak memberi tahu keluarga / istrinya)
dengan wanita yang usianya lebih muda dari istrinya, menurut "local
value" masyarakat Sunda bukanlah perbuatan "terpuji".
Yang nikah diam-diam saja sudah bukan perbuatan terpuji apalagi yang
tidak nikah tapi "kawin" yang juga "teu beja-beja ngan kanyahoan"
(Tidak bilang-bilang tetapi akhirnya ketahuan juga).