Kemerdekaan adalah masalah hak yang dijamin demokrasi dan HAM secara alami/natural law (sunnataullah), tidak ada kutu busuk satu siapapun pun dapat menghalanginya kalau tidak andalah pelanggar HAM & demokrasi itu.

 

Kejahatan Pemerintah Indonesia membunuh rakyat Papua. Demikian kekayaan alam Papua dicuri Indonesia. Pembunuhan pemimpin Papua Theys Hiyo Eluay, Arnold Ap, Thomas Wanggai, Kelly Kwalik dalam upaya mempertahankan Papua sebagai bagian dari NKRI. Kejahatan negara berlangsung sebelum Papua dinyatakan bagian dari NKRI. Kontrak karya PT Freeport ditandatangani tahun 1967, status Papua Barat disahkan PBB tahun 1969. Pepera dilaksanakan tahun 1963 dan resmi disahkan PBB tahun 1969, tapi operasi PT Freeport sudah berjalan lebih dulu tanpa ada kepastian status Papua sebagai bagian dari Indonesia oleh PBB.

Rakyat Papua terus dibunuh oleh tentara dan polisi Indonesia, di Pegunungan Tengah Papua (Wamena, Mulia, Timika, Nabire) dan Pulau Biak. TNI/POLRI datang ke Papua tidak ada tujuan lain selain membunuh rakyat Papua. Mereka datang ke Papua untuk membunuh bukan pelindung rakyat. TNI/POLRI pembunuh dan pencuri kekayaan alam Rakyat Papua kita saksikan dengan mata kepala sendiri selama ini. Kehadiran mereka ke Papua hanya untuk membunuh rakyat Papua dan mencuri kekayaannya. Pengakuan untuk melindungi rakyat hanya bohong. TNI/POLRI membunuh orang Papua dan mencuri kekayaannya.

 

 

A.    Indonesia Penjajah Papua

 

 

Indonesia penjajah dan pembunuh rakyat Papua. Indonesia pencuri harta kekayaan alam Papua. Indonesia pencuri dan pembunuh masa depan Papua. Integrasi Papua kedalam NKRI hanya kedok kecuali tujuan ini : “untuk membunuh rakyat dan Pemimpin Papua seperti Kelly Kwalik, Arnold Ap, Thomas Wanggai, They Hiyo Eluay dan mencuri harta kekayaan alam seperti ; emas, tembaga, perak, biji besi, aluminium, minyak, gas alam, kayu, ikan, udang, dll”.

 

 

Kejahatan Indonesia terhadap bangsa Papua dalam bentuk pembunuhan secara massal kini sedang dan akan berlangsung melalui penyakit HIV/AIDS. Ini kejahatan kemanusiaan terhadap bangsa Papua Barat. Belum lagi tindakan pencurian harta kekayaan alam. Pencurian Indonesia lebih parah dari yang teramati. Betapa tidak! Konon PT Freeport saja sudah lebih dulu masuk ke Tanah Papua sebelum pengesahan status politik Papua secara resmi oleh PBB pada tahun 1969. Ini kejahatan Indonesia terhadap bangsa Papua Barat. Indonesia melakukan kejahatan tidak teramati namun lebih parah dan berbahaya bagi eksistensi Papua.

 

 

Indonesia berniat jahat ingin melenyapkan bangsa Papua Barat. HIV/AIDS dan ekslpoitasi kekayaan alam yang diangkut keluar dari bumi Papua Barat tak terkirakan besarnya berjalan sejak era Otonomi Khusus. Karena itu saat ini yang terjadi di Tanah Papua sesungguhnya adalah ekosida.

 

 

B.     Otsus Kedok Membunuh dan Mencuri

 

 

Sejak Otsus banyak perusahaan asing dibawa masuk Indonesia ke Tanah Papua. Kekayaan alam Papua diserahkan kepada asing seperti Amerika Serikat dengan PT Freeport, Inggris dengan Britis Petrolium, Jepang diberi kuasa untuk mencuri Ikan, Korea, Malaysia diberi hak mengangkut kayu dll. Bentuk pencurian sangat telanjang dimata kita tanpa keuntungan bagi rakyat Papua sebdiri. 'Indonesia pembunuh Papua' sekaligus, 'pencuri harta kekayaan alam Papua'.

 

 

Tuduhan ini bukan tanpa bukti, jumlah pengidap virus HIV/AIDS tidak masuk akal, terlalu cepat penyebarannya di bumi Papua Barat. Sejak tahun 1992, jumlah penderita HIV/AIDS hanya 6 orang. Kini jumlah penderitanya telah menembus angka yang sangat abnormal : ribuan orang tersebar hanya pada orang Papua Asli! Otonomi Khusus hanya kedok legalisasi kejahatan Indonesia menyebabkan pembunuhan manusia Papua secara massal tanpa senjata tapi dengan penyebaran penyakit mematikan HIV/AIDS beserta harta kekayaanya.

 

 

Pembunuhan tidak mengunakan senjata mesin, tapi dengan pembiaran dan penyebaran sengaja, virus HIV/AIDS, dan penganggkutan kekayaan alam Papua adalah bentuk kejahatan kemanusiaan yang sulit terkatakan dilakukan Indonesia terhadap bangsa Papua.

 

 

Otonomi Khusus Papua sebagai alat pembenaran kejahatan Indonesia menerapkan standar ganda kebijakan politik. Dari Otsus bergeser ke pemekaran, tujuannya hanya satu melenyapkan orang Papua dan kekayaan alamya. Proses ecosida kini berlangsung di Tanah Papua adalah bukti kejatahan dan ketidaktulusan Jakarta pada rakyat Papua dengan Otsus sebagai alasan mencuri dan membunuh masa depan Bangsa Papua Barat.

 

 

Kita khawatir terhadap Indonesia atas Pembunuhan dan Pencurian akan berakhir dengan pelenyapan ras melanesia beserta sumber daya kekayaan alamnya dengan dalih apapun sebagai alat pembenarannya. Tidak hanya kejahatan terhadap manusia tapi juga kejahatan lingkungan yang dilakukan Indonesia terhadap Bangsa Papua Barat sulit masuk akal berlangsung dewasa ini.

 

 

C.    Mskin diatas Kekayaan

 

 

 

Papua tidak seharusnya masih ada kelaparan, pakai koteka, tanpa jalan aspal, tanpa jalan trans, tanpa lampu penerang (listrik) dll. Penyakit HIV/AIDS dan keterbelakangan, kemiskinan, ketidakberdayaan dan akhirnya, orang Papua terjajah miskin di tanah yang sangat kaya raya.

 

 

Papua tidak seharusnya tanpa bangunan sekolah, tanpa guru, tanpa bangunan gedung pencakar langit sebagaimana di kota besar Indonesia. Papua tanpa ada kendaraan angkutan yang memadai, tanpa ada jalan aspal yang bagus atau apapun sebagai pembangunan itu sampai tulisan ini harus dibuat untuk menyoroti bahwa orang Papua miskin, terbelakang diatas kekayaan mereka sendiri. Namun hanya karena mereka punya kekayaan, orang lain mau menjajah dan memperbodoh penduduknya adalah sesuatu hal yang sulit masuk akal sehat kita.

 

 

Herankah kita sejak bergabung dengan Indonesia ternyata kekayaan Papua dicuri Indonesia dengan menelantarkan Papua sebagai pemilik dan penduduknya dibunuh hanya karena alasan sebagai orang Papua dan pemilik Tanah Papua yang kaya Raya? Kita pemilik sah dari apa yang dicuri. Bentuk pencurian Indonesia bersama negara yang punya alat untuk menguras kekayaan kita sangat banyak sekali. Tapi kita yang memiliki semua harta yang dicuri itu tetap miskin terbelakang. Sementara Indonesia mencuri harta kekayaan kita, membawa pulang dan membangun negerinya dengan gedung pencakar langit sekian banyak di Jakarta dan kota lainnya, memiliki jalan bagus untuk dilintasi kendaraan, jalan tembus sampai ke desa-desa di pelosok Jawa, Sumatra, Sulawesi. Tetapi kita di tanah ini, Tanah Papua, jangankan hanya sekedar untuk jalan atau gedung ada niat Indonesia mau membangun, memperdulikan kesehatan penduduknya saja sama sekali tidak. Buktinya coba Anda lihat! Penyakit HIV/AIDS saat ini sangat luar biasa dengan tingkat resiko hampir seluruh penduduk Papua mengidap penyakit ini.

Konon penyakit ini sengaja dibawa masuk oleh Militer Indonesia melalui Bupati Merauke Kol. Soekardjo yang adalah ahli Pembinaan Teritorial, dengan mendatangkan pekerja dari Thailand yang telah terinveksi penyakit mematikan ini pada awal dekade 1990-an. Para pengidap penyakit yang tidak ada obatnya itu didatangkan jauh-jauh dari negeri Gajah Putih itu untuk bekerja di sebuah perusahaan penangkapan Ikan di daerah ujung Selatan Papua (Merauke).

Menjadi rahasia sampai saat ini tingkat penyebaran menyeluruh adalah suatu prestasi tersendiri bagi pembunuhan Penduduk Papua, adalah tujuan dan keinginan melenyapkan orang Papua dari muka bumi. Amerika Serikat memiliki pengalaman dan perestasi sama dalam usaha pembasmian penduduk asli Amerika. Australia juga memiliki pengalaman sama terhadap penduduk asli (Aborigin), Selandia Baru juga demikian terhadap suku Maori. Yang disebut dua belakangan ini penduduk aslinya masih serumpun Papua Barat.

Tentang pembasmian ini, GKT Ninati, Nasionalis Papua yang kini bermukim di Den Haag, Nederland, mengatakan, "Bangsa-Bangsa Europa yang dulunya merampok Amerika, Australia dan Selandia Baru setelah membasmi penduduk aslinya kini membantu Indonesia dengan menyediakan uang dan senjata guna mempercepat proses pemusnahan rakyat Papua dengan tujuan merampok tanah dan kekayaan yang ada di atasnya". Kejahatan tidak selalu identik dengan senjata amunisi. Bangsa Papua dibunuh dengan senjata non amunisi, HIV/AIDS. Kita harus mengakhiri. Hidup Terhormat atau Mati Terhina?