Isra-and-Miraj_28Bagian Satu Seorang teman menulis PM berbunyi ” … apakah Aa pernah membaca buku ini ttg Yesus/ Issa yg konon pernah ke India, selamat dari hukuman salib dan mati tua di sekitar Khasmir? Buku ini sangat kontroversial dan apabila terbukti benar dapat meruntuhkan pengaruh dan kuasa gereja2 terhadap umat kristiani. Bgmn pendapat Aa?”

Jawaban saya:

Sudah saya jawab di Dee bagian 3. Di situ saya katakan bahwa Yesus, kalaupun benar2 pernah ada, adalah seorang rabbi dari tradisi Farisi dan bisa jadi seorang murid tokoh karismatik yaitu rabbi Hilel, atau setidaknya Yesus terpengaruh dengan pemikiran rabbi Hilel. Ini terlihat dari Doa Bapa Kami yg ia ajarkan, sebenarnya adalah versi lain dari doa yg diajarkan Rabbi Hillel.

Namun nampaknya Yesus lebih tertarik menjadi petapa padang gurun, berguru pada Yohanes Pembaptis dan mengusahakan suatu gerakan teokrasi dan pengusiran pada kaum penjajah Roma. Ia mati dihukum atas inisiatif Gubernur Romawi Pontius Pilatus yg merasa geram dengan tindak-tanduknya.

Tidak ada bukti yang kuat mengenai perjalanannya ke India dan Tibet. Karya Anand Krishna memperlihatkan bagaimana spiritualis bisa sangat keliru apabila pengetahuannya didasari atas intuitif subyektif belaka. Dan saya bukan orang semacam itu. Spiritualitas itu memerlukan rasionalitas, bukan kotbah2 orang dengan deretan titel KH, atau Pdt, atau YA / Yang Arya.

<Keterangan gambar: Yesus dari Nazaret upppss maaf, Yesus dari Tibet yang sedang bermeditasi. Rumor kunjungan Yesus ke India dan Tibet adalah upaya politik relijius kaum Hindu untuk menjinakkan Yesus dan agama kristen yang oleh Barat dianggap agama superior, namun  sebenarnya  ajarannya masih kalah dalamnya dengan Hinduisme dan Buddhisme>

Kembali pada Yesus. Para ahli sejarah malah kebingungan karena tidak ada catatan ttg kehidupan Yesus di luar catatan komunitas kristen itu sendiri. Kita berharap setidaknya apabila Yesus pernah benar2 menjadi tokoh historis yang berinisiati…f mendirikan pemerintahan teokrasi ia seharusnya tercatat dalam laporan2 sejarahwan romawi yang dipekerjakan di kegubernuran Yudea. Kenyataannya tidak pernah ada catatan ttg Yesus. Ini membuktikan bahwa kalaupun Yesus pernah benar2 hidup, ia hanyalah seorang rabbi sederhana dari kampung Galilea yang tidak begitu dikenal orang sampai penyalibannya sekalipun.

Adapun kisah-kisah tentang Yesus hanya terdapat dalam lingkaran komunitas kristen belaka, suatu penuturan yang sudah tidak faktual historis lagi, lebih merupakan perspektif iman dan ekspresi kekaguman dari murid-murid kepada seorang guru. Jadi Yesus yang melakukan mujizat ini itu bukanlah kisah faktual dan historis , melainkan kisah-kisah mediatif untuk menyampaikan pesan dan ideologi si pembuat kisah itu, dalam hal ini adalah komunitas2 kristen yang tersebar dengan berbagai latar belakang dan perspektif keimanan yang berbeda2. Puluhan dan ratusan tahun kemudian, mazhab-mazhab ini diupayakan kesatuannya oleh gereja-gereja utama, yang nantinya menjadi 5 patriakat: Katolik Roma, Katolik Ortodox, Koptik Mesir, Ortodox Syria, Ortodox Yerusalem. Diluar kelima itu adalah menyimpang atau heterodox  atau sesat. Sesat kata siapa? Kata mereka yang merasa lurus atau ortodox. Subyektif sekali bukan? Melabeli pihak lain sebagai sesat dan menyesatkan adalah ciri utama sejarah agama-agama dan itu yang kita lihat dengan mata kepala kita sendiri di Indonesia saat ini.

Begitu pula kasusnya dengan Muhammad. Tidak ada secuilpun rujukan tentang kehidupan seorang nabi dari arab pada awal abad 6-7 M yang tertulis dalam catatan2 komunitas lain. Padahal secara logis, manusia dengan sederet pengaguman dari komunitasnya, dan dengan manuver2 luar biasa seperti yang dikisahkan oleh umat islam tentang muhammad, seharusnya menarik minat para sejarahwan lain.

Para orientalis memberi kita fakta bahwa nama Muhammad sendiri baru muncul sekitar abad 8M , puluhan tahun setelah invasi bangsa Arab ke Palestina. Bahkan tulisan di Dome of The Rock sendiri tidak mengisahkan apa2 tentang kisah Isra Miraj. Hal ini memberi indikasi bahwa islam adalah agama yang kisah2nya mengalami evolusi, berasal dari berbagai kisah2 kecil dan kemudian disatukan oleh sekelompok elit dan dijadikan kisah baku yang harus diimani begitu saja oleh umatnya.

<Keterangan Gambar : Kisah Isra Miraj adalah gerilya politik religius kaum Arab untuk meninggikan Muhammad mengatasi Yesus, Musa, Abraham dan Zoroaster.>

Berangkat dari kritik-kritik historis ini seharusnya kita menyadari bahwa agama, kalaupun anda masih tertarik pada agama, bukan sekedar mempercayai ini itu seturut dengan syahadat atau kredo, namun seharusnya memberi makna pada hidup ini dengan suatu sikap hidup yang anda percayai sebagai guide kepada kehidupan yang bermakna, bukan tentang benar dan salah, duniawi dan akherat

 Bagian dua

Lanny Theresia menulis komen demikian :

“ … and what do you think and you know about sidharta gautama…..,please share…”

Jawaban saya:

Saya pernah menulis spt ini di salah satu note saya: “Buddha, Yesus, Krishna, Muhammad dan tokoh2 spiritual lain adalah bahan mentah ditangan para ideolog dan pujangga. Bahan-bahan mentah ini diracik sedemikian rupa dalam style si pujangga dan ideolog sehingga menjadi roti bercitarasa tertentu.”

Kritik yang sama bisa diaplikasikan pada sosok Buddha Gautama. Tidak ada catatan apapun tentang kehidupan Petapa Gautama di luar buddhisme.

Mungkinkah Buddha Gautama pernah hidup? bisa ya, bisa juga tidak. Saya pribadi percaya bahwa Gautama memang pernah hidup dan berkarya. Hanya saja tidak persis seperti yang dituturkan dalam tripitaka, baik itu versi Theravada maupun Mahayana. Kalau ibu Lanny perhatikan tulisan2 saya, saya lebih senang merujuk kepada Gautama dengan panggilan Petapa Gautama, bukan Buddha Gautama. Mengapa? karena panggilan Buddha Gautama telah mengalami permak-permak keimanan, sehingga kemanusiaannya terabaikan.

Titik pijak saya ini ternyata mendapat sandaran dari lingkaran komunitas buddhisme itu sendiri. Tak kurang dari seorang biksu dan penulis ternama bernama Buddhadasa yang pernah menuliskan bahwa kisah-kisah Gautama telah berevolusi dari sejarah kepada legenda dan mitos. Namun ia menegaskan bahwa pilar buddhisme bukanlah sosok Buddha itu sendiri. Namun filsafat sunyata. Ada atau tidak ada figure Buddha bukan masalah utama. Bahkan jika Gautama tidak pernah hidup, buddhisme nyata-nyata adalah spiritualitas yang berbasis pada etika dan filsafat, bukan agama yang disandarkan pada sosok tokoh seperti halnya Islam dengan Muhammadnya dan Kristen dengan Yesusnya.

<untuk buku karangan Buddhadasa silahkan anda tanyakan pada orang buddhis sendiri. Saya sendiri lupa apa nama buku itu>

Para penulis jaman dahulu, dalam tiap budaya dan latar belakang ideologi agama, terbiasa dengan pelebih-lebihan berita. Misi penulisan mereka bukan tanpa motif. Misi mereka adalah untuk mengajak si pembaca mengikuti keyakinan mereka. Mereka merujuk kepada pilahan-plahan sejarah untuk mengabsahkan keimanan mereka sendiri, bukan untuk menghadirkan fakta2 yang sesungguhnya terjadi.

<Keterangan gambar: Kisah Kunjungan Buddha Ke surga 33 Langit, Surganya Dewa Indra,  adalah gerilya politik relijius Buddhisme untuk meninggikan Buddha di atas dewa-dewa Hindu.>

Jadi dalam tiap agama ada satu hal yang harus kita pahami : adanya tokoh agama yang manusiawi yang tidak lepas dari kekeliruan dan batas-batas kemanusiaan yang kemudian setelah beberapa puluh bahkan ratusan tahun menjadi tokoh keimanan, mengalami deifikasi atau pengilahian, berkarakter superstar, menjadi sosok sempurna, tanpa cacat dan dosa, yang tidak bisa dikritik dan dipersalahkan.

Dalam Kristen : Yesus yang manusia sejarah menjadi Yesus Kristus.

Dalam Islam :  pemimpin klan quraisy yang namanya tidak dikenal sebelumnya menjadi nabi Muhammad, dan dalam Buddhisme – Petapa Gotama yang menjadi Buddha Gautama.

Jadi cocoklah tokoh-tokoh diatas saya katakan from zero to hero. Dari sosok manusia sejarah yang seperti anda dan saya, memiliki keterbatasan, kekeliruan dan kesalahpengertian, berevolusi menjadi tokoh-tokoh keimanan yang superstar, penuh atribut pemujaan dan deifikasi.

Jadi siapa yang membuat mereka begitu agung dan mulia? Ya para pengikutnya.

Siapa yang berperan dalam evolusi agama-agama ini? Ya para pengikutnya juga.

Siapa pula yang tertipu dan terjerat dalam kebodohan yang super heboh ini? Ya pengikutnya juga.

Berbahagialah mereka yang sadar dan terbangunkan dari ilusi maha besar ini.