Beberapa hari ini aku keranjingan permainan poker di FB-game. Kata kawan ku yang di Hongkong "awas bang.. ntar kecanduan". Aku rasa sepertinya candu poker telah meresap ke syaraf-syaraf otakku. Hahahahaha… Tapi bukan itu yang ingin ku kemukakan. Ada fenomena menarik seputaran bermain poker. Banyak terjadi penampakan-penampakan yang untuk melihatnya dibutuhkan indera ke enam. (Emang sebenarnya si Indra itu ada berapa sih?). Penampakan yang terjadi di jendela obrolan game tersebut.

 

Begini… (bukan begitu). Ada perbedaan bermain poker dengan orang-orang bangsa sendiri dan dengan orang-orang dari luar negeri terutama orang-orang dari negara-negara Eropa dan Amerika. Contoh kecil saja. Orang-orang dari luar, bila mulai masuk dan bergabung hampir selalu medahului dengan kata-kata sapaan yang sangat sopan dan bersahabat. Mengenalkan diri atau menyapa dengan bahasa yang sungguh dangat bersahabat. 

Tetapi bila bermain dengan orang-orang dari bangsa sendiri.. sebagian besar selalu mengawali dengan bahasa yang bermusuhan dan jorok. Aku sendiri sampai bertanya-tanya fenomena apa ini..?? Apakah fenomena makhluk luar angkasa yang kebetulan saja berada di negara indonesia atau penampakan jin yang kebetulan suka bermain poker? 

Ini kenyatan lho. Aku yakin kalian yang membaca yang kebetulan suka dengan permainan poker, juga mengalami hal yang sama. Hingga menimbulkan banyak pertanyaan yang jawabannya dapat kita temui dengan mendekatkan logika kita pada rekaan-rekaan semata. Ada apa dengan bangsa ini..?? Ada apa dengan moralitas bangsa ini? Apakah keramah tamahan dan sopan santun yang dulu di gembar-gemborkan ke setiap penjuru dunia telah hilang atau memang sama sekali nggak ada dan hanya sekedar jargon saja untuk menarik wisatawan manca negara agar mau mengunjungi negara ini?

 

Padahal kalau kita mau jujur dari dulu bangsa ini yang _+ 80% (tepatnya aku nggak tau berapa) dari penduduknya beragama Islam merupakan barometer lembaga pedidikan agama Islam di Asia Tenggara. Bukan berarti aku mengait-kaitkan agama Islam dengan fenomena penampakan makhluk terlarang di game tersebut. Tidak pula begitu. Tetapi yang sama-sama kita tau bahwa agama Islam yang katanya agama langsung dari Allah adalah agama yang penuh moral kasih, persahabatan dan toleransi yang sangat tinggi. Aku yang kebetulan pernah menjadi bagian dari lembaga pendidikan agama berbasis pesantren sangat tau hal ini. Di pulau jawa saja hampir di setiap pelosok desa selalu ada pondok pesantren baik yang bentuknya modern, salafi modern atau budaya daerah setempat. Dan di setiap kota selalu ada lembaga-lembaga pendidikan umum yang juga berbasis agama Islam. Banyak suku-suku besar bangsa ini yang budayanya telah terasimilasi dengan agama Islam (yang  bagiku agama Islam adalah produk spiritual budaya Arab).

 

Begitupun sisanya yang _+ 20% juga berasal dari latar belakang agama lain ataupun budaya daerah. Kristen, Hindu, Buddha dan lainnya. Yang aku sangat yakin bahwa di dalam semua ajaran agama pasti mengajarkan moralitas pribadi. Dan sejak zaman orde baru pelajaran agama (apapun) adalah masuk dalam pelajarn wajib dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Sebagian besar orang-orang yang duduk di pemerintahan dan DPR_MPR pada dekade ini adalah produk lembaga pendidikan di zaman orde baru. Tetapi tetap saja moral bangsa tidak dapat terdongkrak untuk menjadi lebih baik. Terbukti dengan semakin meraja lelanya korupsi dan pungli di setiap instansi yang jsutru bertanggung jawab akan hukum negara.

 

Sementara orang-orang luar negeri yang kebanyakan dari negara-negara yang sekuler (memisahkan keyakinan yang ada dalam domain pribadi dengan urusan negara), ternyata lebih bermoral dan mertabat. Lebih santun dan bersahabat. Kesadaran diri mereka ternyata lebih tinggi dari  kesadaran anak bangsa ini. Padahal sama-sama kita tau bahwa kebanyakan dari mereka malah tidak beragama atau tidak peduli dengan berbagai macam agama walaupun bukan berarti mereka tidak percaya Tuhan. Atau katakanlah mereka tidak percaya Tuhan.

 

Lalu ada apa..?? Ya.. yang jelas, terbukti bahwa ajaran agama tidak efektif untuk membuat moralitas pribadi menjadi baik. Ini bukti nyata yang tidak bisa kita sangkal. Menurut ku karena moralitas pribadi pada abad ini tidak dapat lagi efektif di ajarkan lewat instansi agama apapun. 

 

Moralitas pribadi terbit dari kesadaran. Di abad millenia ini, kesadaran diri tidak dapat di raih begitu saja dengan ditakuti atau diimingi dengan berbagai macam dogma agama yang tidak masuk akal. Dogma agama berisikan simbol-simbol pesan yang seharusnya tidak langsung di telan saja oleh akal fisik. Tetapi harus di kunyah dan di cerna untuk menerjemahkannya.