T = Turut berduka cita atas meninggalnya penyair, aktor, budayawan kita; Bapak WS Rendra. Indonesia selalu mengenang jasa baiknya. Selamat jalan Mas Willy !

J = Pantes saja kemarin sore tiba-tiba saya ingat WS Rendra. Pedahal saya tidak pernah memikirkan dia sama sekali. Rendra tiba-tiba berkelebat di dalam pikiran saya. Oh, itu Rendra, pikir saya di dalam hati. Ternyata dia mau berangkat pulang ke alam barzakh.

Saya pernah nonton pembacaan puisi oleh Rendra di TIM (Taman Ismail Marzuki), Jakarta, ketika saya masih SMP, sekitar akhir 1970-an. Itu masa keemasan Soeharto di mana tidak ada kebebasan berbicara. Semuanya dipasung. Tetapi Rendra nekat membacakan sajak-sajaknya yg mengkritik Soeharto. Walaupun tetap dibungkus dalam simbol-simbol, tetapi penonton tahu apa yg dimaksudkannya. Dan penonton memberikan applause bertubi-tubi. Tawa terbahak-bahak dan tepuk tangan berkepanjangan sambung menyambung seolah tanpa henti.

Tiba-tiba saya lihat ada orang mengendap-endap di atas atap di gedung sebelah. Pementasan itu di gelanggang terbuka, sehingga kita bisa melihat atap gedung sebelah. Saya lihat ada tiga atau empat orang yg mengendap-endap di atas atap. Semua orang melihat ke atas panggung, tetapi saya justru memperhatikan orang-orang yg mengendap-endap itu. Mereka pakai penutup wajah dengan kain, jadi tampangnya persis seperti bajingan tengik.

Beberapa saat setelah itu terdengar suara seperti ledakan petasan dan teriakan dari barisan depan, dan muncul bau amoniak yg menyengat. Ternyata para bajingan tengik itu melemparkan bom amoniak yg baunya seperti air kencing. Ada penonton yg langsung pingsan di bagian depan, dan yg di belakang langsung ke luar gelanggang karena bau sekali. Pembacaan puisi dihentikan, bubar jalan grak !

Itulah kelakuan rezim Soeharto di masa lalu, pemberangusan kebebasan berbicara secara kampungan. Untung masa itu sudah lewat, syukur kepada Allah.

+

PERCAKAPAN 2: THERE IS NO ALLAH

T = Entah, I don't know why I feel that.

Your death is drawing near, n my death is drawing near too. But masih ada yg harus saya lihat, sehingga kontrak saya diperpanjang. Kalo Mas Leo mau cabut duluan, bagaimana dengan saya?

J = Biasa-biasa aja dong.

Kita selalu menyatu, dan kematian fisik tidak akan pernah memisahkan kita. Kesadaran yg ada di anda sama persis dengan kesadaran yg ada di saya. Kalau anda merasa sadar, itulah pula yg saya rasakan. Di manapun saya berada, saya selalu merasa sadar. Di manapun anda berada, anda selalu merasa sadar. Saya hidup di dalam kesadaran anda, dan anda hidup di dalam kesadaran saya. Saya adalah anda, dan anda adalah saya.

There is no Allah.

Yg ada hanyalah kesadaran di dalam tiap orang dari kita yg memang sudah ada karena ada. Tetapi itu pengertian spiritual thok, sedangkan kita masih memiliki tubuh fisik yg bisa digunakan untuk merasakan bahwa ternyata ada kesadaran lain selain kesadaran yg ada di diri kita. Metodenya is esek-esek. Digesek aja sampai terjadi orgasme. Esek-esek yg spiritual adalah yg menghargai bahwa the other person has the same kesadaran as we do. Rasanya beda. Kalo mao coba sama saya bilang aja ya. Saya suka anak umur 17 – 18 taon.

+

PERCAKAPAN 3: SO, I CREATE YOU !

T = Halo Pak Leo,

Salam kenal. Ini pertama kalinya saya kirim pertanyaan ke Anda. Semoga dijawab yaa…

J = Ya.

T = Bagaimana Anda bisa tahu kalau ada kesadaran yang lebih besar dari kesadaran kita, yang Anda sebut-sebut sebagai "All That Is" di note "Anda Sangat Waras" itu ?

J = Mudah saja.

Kalau anda sadar bahwa anda sadar, anda akan tahu sendiri bahwa ada memory di dalam kesadaran anda yg tidak dapat anda akses seenak jidat anda. Anda tahu bahwa memory itu ada: pengalaman-pengalaman anda ketika kecil, fantasi anda, hasil belajar anda, tetapi memory itu tersimpan di dalam kesadaran anda dan tidak akan muncul berapapun kerasnya anda memeras keringat. Setiap orang bisa merasakan itu, dan bisa tahu tentang itu.

Dari satu manusia saja sudah begitu banyak memory yg tersimpan, apalagi yg ada di semua manusia hidup di dunia saat ini. Apalagi ditambah dengan memory yg ada di semua manusia yg pernah hidup dan sekarang sudah dead. Memory itu tetap ada sampai kapanpun, abadi. Tetapi mereka itu hanyalah data. Data yg di-create ketika kesadaran menjalani kesadarannya sebagai seorang manusia hidup.

Lalu, kalau kesadaran saya merencanakan sesuatu, tanpa harus planning dengan terperinci, tiba-tiba segalanya muncul satu persatu sehingga saya bisa jalan. Bukan saya yg membuat jalan itu, tetapi jalan yg memunculkan diri mereka sendiri ke hadapan saya. Munculnya juga tidak sekaligus dari awal sampai akhir, tetapi satu persatu. Jalan 1 muncul, dan itu dijalani. Sebelum jalan 1 selesai dijalani, saya tidak bisa melihat ada apa lagi di depan. Tetapi, pas ketika jalan 1 sudah hampir habis dijalani, muncullah ujung jalan berikutnya, yg namanya jalan 2. Dan begitu seterusnya.

Of course semuanya itu adanya di dalam kesadaran saya saja. Saya sadar bahwa saya sadar, dan karena saya sadar akhirnya saya bisa menjalani apa yg ingin saya jalani. Bisa dibilang cukup dengan diniatkan saja. Niat itu adanya di dalam batin, bentuknya juga non fisik, tidak bisa kelihatan oleh mata. Tetapi bahkan yg batin itu akhirnya bisa terwujud secara fisik juga. Kalau saya seperti ini, berarti semua orang juga mengalami hal yg sama bukan ?

Tentu saja tidak ada Allah di situ, yg ada hanyalah kesadaran di dalam diri kita saja.

Kalau kita berbicara tentang Allah, maka kita sudah membicarakan tentang konsep. Pedahal yg ada di kesadaran kita bukanlah konsep melainkan kesadaran thok yg bisa menjadi apapun sesuai dengan apa yg kita mau konsepkan.

Membuat konsep Allah yg sadis otomatis akan memunculkan pengalaman hidup yg penuh penderitaan. Membuat konsep Allah yg pemurah otomatis akan memunculkan pengalaman hidup yg penuh kelimpahan. Macam-macam konsep Allah bisa kita ciptakan, makanya saya pakai istilah "All That Is".

All That Is Good, segala yg baik. All That Is Bad, segala yg buruk. All That Is Biasa-Biasa Aja. All That Is Luar Biasa. Apapun bisa kita isikan di sana. Agama-agama bekerja dengan cara mengisikan konsep mereka ke dalam "All That Is", dan bilang bahwa itulah God / Allah. Pedahal the real God itu jauh lebih besar daripada konsep yg dipaksakan oleh agama-agama, terutama yg berasal dari Timur Tengah.

T = Bagaimana Anda tahu bahwa All That Is tidak bisa merasakan dirinya sendiri saja, sehingga ia membelah diri menjadi kesadaran-kesadaran kecil seperti di diri saya, Anda, dan orang lain ? Bagaimana Anda tahu semua itu ?

J = Dari dalam kesadaran saya sendiri yg memberikan pengertian tentang itu, walaupun saya juga banyak belajar dari metafisika Barat.

Pengalaman kehidupan spiritual manusia-manusia lainnya yg hidup sebelum kita terbuka lebar apabila kita mau mempelajarinya. Saya belajar banyak dari buku, tetapi konfirmasi tentang kebenaran yg mereka tuliskan saya dapatkan dari dalam kesadaran saya sendiri.

I can feel it.

I am aware that I am aware, and I am lonely. So, I create you !

+

PERCAKAPAN 4: TUHAN SELALU SUKSES

T = Sejujurnya saya sering membayangkan seorang Leonardo Rimba.

Hidup hanya sekali, dengan segala keyakinan akan 'ke-fana-an yang mutlak'. Padahal manusia dari sono-nya, merindukan kelembutan, membutuhkan sentuhan…

J = Saya juga merindukan kelembutan dan sentuhan.

T = Di lain pihak, tak banyak –atau mungkin sangat amat sedikit, manusia lain yang sampai sebegitu jauh mencapai 'kesadaran' seperti beliau, tentulah bukan hal mudah menemukan seorang yang mau bersama menikmati hidup 'yang hanya sekali ini'.

J = Maybe.

T = Pak Rimba, Pak Rimba, dalam kesendirianmu, saya hanya bisa mengangkat topi, memberi hormat dan secuil tumpahan empati, semoga 'kesadaran' yang Pak Rimba capai sekarang, bukanlah, belumlah menjadi akhir dari perjalanan Pak Rimba.

J = Perjalanan saya sudah berakhir, perjalanan anda juga.

Bahkan ketika kita lahir di dunia ini, perjalanan kita sudah berakhir. Yg awal tetap ada, yg akhir telah terjadi, yg kita alami cuma saat ini dan di sini saja. The eternal present. Dalam keabadian saat ini, awal dan akhir menyatu. Awal masih berlangsung terus, dan yg akhir telah terjadi.

T = Hahahahaha…

Tuhan dalam tanda kutip, bagi saya, karena Tuhan itu Tuhan, Tuhan adalah Allah, Bapa di Surga, Yahweh, dan juga 'Kesadaran'…

Saya sama sekali tidak bermasalah dengan itu semua. Selama 'kesadaran' masih ada, manusia masih bisa melakukan sesuatu mengikuti mekanisme yang mesti dilakukan, yaitu kenyataan bahwa manusia tidak hidup sendiri, dan harus saling menghormati satu sama lain, harus saling membantu (kalau mau dan kalau bisa).

Sukses buat Pak Rimba ^^

J = Thank you, dan sukses juga buat anda.

Tuhan selalu sukses bukan ?

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia <http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia&gt;.