Seorang teman bahkan berdalih, Anda memang pantas jadi presiden karena postur tubuh Anda yang tinggi besar yang menurutnya tidak akan memalukan jika bersanding dengan para pemimpin negara lain.
Selamat Jenderal, hitungan sementara perolehan suara Pemilu Presiden kali ini menunjukkan Anda bakal menjadi Presiden RI yang ke-7. Maaf, saya bukanlah termasuk orang yang memilih Anda, sama seperti yang pernah saya lakukan pada Pemilu Presiden 2004 ketika Anda untuk kali pertama digambarkan atau menggambarkan diri sebagai sosok yang teraniaya.
Setelah hari ini, saya akan mengekalkan ingat kepada Anda sebagai Presiden RI, yang pada masanya, paling banyak memengaruhi pendapat umum melalui kuasa lembaga media. Anda yang selalu menyerukan politik santun, diam-diam telah menusuk demokrasi dengan menyebar banyak anggapan bahwa Anda yang memang layak jadi presiden bahkan sebelum pemilu itu berlangsung. Anda yang sistematis, Anda sopan, Anda yang terukur, Anda yang paling semuanya.
Tak ada yang salah tentu, ketika yang dibutuhkan sebagian besar orang Indonesia ternyata memang hanya sebuah anggapan. Seorang teman bahkan berdalih, Anda memang pantas jadi presiden karena postur tubuh Anda yang tinggi besar yang menurutnya tidak akan memalukan jika bersanding dengan para pemimpin negara lain. Pendapat teman tadi niscaya tak mewakili anggapan semua orang yang memilih Anda tapi saya juga sudah lama percaya keterpilihan Anda bukan karena Anda yang terbaik melainkan karena memang ketertarikan orang-orang itu pada penampilan Anda.
Saya akan mengingat Anda sebagai Presiden RI, yang pada waktunya telah membeli suara orang banyak dengan kuasa uang BLT. Orang-orang melarat itu, mulai hari ini akan terus berharap Anda akan tetap menjadi Santa Pemberi Sedekah meski niscaya mereka tak akan peduli uang BLT itu bukan berasal dari uang Anda. Temuan BPK yang menyebutkan BLT didanai oleh Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan pinjaman dari Jepang dan karena itu berarti memang uang rakyat yang menjadi hak rakyat, tak akan mengaburkan harapan orang-orang itu kepada Anda untuk meneruskan program sedekah.
Mereka tidak akan peduli suara yang telah mereka berikan kepada Anda, akan menentukan keadaan negara dan bangsa ini untuk masa lima tahun ke depan. Kecuali berharap Anda terus memberikan BLT itu, orang banyak itu juga tak akan sempat berpikir suara yang telah mereka berikan akan menentukan pula nasib mereka sendiri sebagai warga negara, dan apakah hak-hak mereka sebagai rakyat kelak akan dipenuhi, perlindungan terhadap mereka dijamin, kebutuhan dan harapan mereka bakal dipenuhi.
Saya akan mencatat Anda Pak Yudhoyono, sebagai Presiden RI yang pernah bermimpi menyulap air menjadi minyak dan mengubah padi seperti tunas pisang yang bisa tumbuh berkali-kali. Presiden yang mengaku telah menyantap mi instan berbahan campuran singkong, sagu dan jagung itu meski di pasar-pasar yang ditemui hanyalah mi instan yang terbuat dari gandum. Lalu para insinyur itu, saya tahu, baru merampungkan penelitian mereka perihal mi instan berbahan jagung. Baru penelitian Pak Yudhoyono. Itu pun bukan mi instan campuran seperti yang Anda sebutkan melainkan hanya mi instan berbahan jagung.
Sungguh saya akan mengingat Anda, sebagai Presiden RI yang bergelar doktor dan dianggap paling rasional tapi juga yang paling percaya pada sihir. Barangkali dukun-dukun di sekitar Anda itu yang telah membisikkan soal sihir-menyihir ke telinga Anda, tapi terdengar lucu ketika perihal itu terucap dari mulut seorang yang bergelar doktor dan dianggap sebagai sosok yang paling sistematis. Baru kali ini saya tahu, seorang presiden sebuah negara menyihir rakyatnya menjelang hari pemilihan melalui kata-kata ada sihir.
Saya akan mencatat Anda, sebagai Presiden RI yang hidup pada masa yang disebut banyak orang termasuk oleh Anda sebagai masa paling demokratis, telah menyelenggarakan pemilu paling kacau: jutaan orang pada dua musim pemilu tahun ini tak bisa menggunakan hak pilihnya. Seperti yang berulang kali Anda sebutkan, kekacauan itu bukanlah berasal dari ide Anda tapi orang-orang itu juga sudah lama mengerti, sebagai presiden, Anda membiarkan jutaan orang itu tak bisa menggunakan hak pilihnya. Kemarin, Anda kemudian dengan santun mengancam agar orang-orang itu agar berhati-hati mengatakan pemilu Anda tidak transparan dan tak demokratis.
Apa pun hasilnya pemilu kemarin, saya mengucapkan selamat kepada Anda dan terus akan mengenang Anda sebagai presiden yang sudah memenangkan opini bahwa Andalah yang mendapatkan suara terbanyak pada Pemilu Presiden kali ini.
Sekali lagi selamat Jenderal dan Anda jangan khawatir, sebagai presiden dari sebuah negara di mana saya juga tercatat sebagai salah seorang warganya, saya akan terus mengenang Anda: Presiden RI yang hidup dengan imaji.
Salam
Rusdi Mathari
Anonim said:
sudahlah mas rusdi kalo kalo jagonya sampeyan keok nggak usah jelek-jelekin yg menang .. itu malah bikin semua orang tau bahwa jagonya sampeyan and pendukungnya itu cuma bisa nggombal saja . (titik)
SukaSuka
Anonim said:
Orang-orang Indonesia memang goblok-goblok: kenapa SBY yang dipilih kembali? SBY tak punya prestasi, gak ada kemajuan kemakmuran, jalan-jalan tetap rusak, listrik byar pet, hutang menumpuk, penduduk dibiarkan menderita di lapindo, rakyat diperlakukan seperti pengemis-pengemis dengan program BLT-nya, dsb, dsb. Kalau orang-orang Indonesia pinter-pinter, mereka hanya akan memberi kesempatan sekali saja kepada orang-orang yang tak punya prestasi. Kalau prestasinya spektakuler baru diberi bonus sekali lali. Jika kepintaran orang Indonesia sudah mencapai ini, ini akan mencipta sebuah “konvensi” atau “political ethics” agar kalau ingin terpilih dua kali, mereka harus bisa mengubah keadaan yang carut marut ini secara drastis dan spektakuler: buruh bisa plesiran ke luar negeri selama dua minggu dalam setahun tanpa perlu demo-demo minta naik gaji, pegawai pemerintah gak sibuk nyari celah melakukan korupsi untuk menutupi biaya hidup karena gajinya naik 10 kali lipat spt yang pernah mau dilakukan Gus Dur tapi diprotes para tikus-tikus tak munya visi, petani happy, para sopir bahagia, para pencari kerja mendapat perlindungan social security, asuransi kesehatan bisa dinikmati semua lapisan, jalas mulus, air lancar, listrik terus terang, dsb, dsb. Langkah-langkah dan visi seperti ini yang tak dipunyai SBY. Terlalu lambat dan tak ada bedanya dengan Orde Baru. Kapan Indonesia akan maju-maju kalau predidennya kayak gitu dan rakyatnya banyak yang goblok-goblok?
SukaSuka
Anonim said:
Yah dia kan menang karena keJawaannya… Orang Jawa itu kan bodoh, miskin, kontribusi minim, dan sangat fanatik. Lihat saja partai2 pendukung SBY, semuanya adalah partai-partai yang fanatik, besar omong, dan tidak punya usaha nyata. Contoh sebut saja PD, PPP, PAN, PKS, PBB, dsb. Bahkan, PKS adalah cikal bakal terbentuknya FUI yang bermental kekerasan (yang kerjaannya bahkan lebih mirip preman tak beragama ketimbang pejuang Islam semacam Amrozi yg memang psikopat). Dari formasi nya saja sudah terlihat pasangan Jawa-Jawa itu kan memang menang karena dukungan besar ormas-ormas fanatik tetapi bodoh itu, dimana sebagian besar dari mereka terdapat di Jawa. Ini mirip dengan Adolf Hitler yang mendapat kepercayaan dari warga Jerman. Atau kaum agamis bisa mengingat kisah nyata “Musa Vs Firaun”, dimana Firaun yang memiliki banyak pengikut dan kekuatan sihir ternyata harus berhadapan hanya seorang Musa yang sangat berserah diri kepada Allah. SBY bahkan dengan picik nya mengatakan bahwa rakyat harus waspada terhadap kapitalis rambut hitam! tentu saja ucapan itu digunakan untuk mengimbangi perkataan Jusuf Kalla yang bermaksud mulia mengingatkan rakyatnya akan kemandirian bangsa agar Indonesia tidak terus dijajah oleh kapitalis Asing. Terlihatlah sudah bahwa kapitalis Indonesia yang memang seharusnya dibuat kaya, tetapi bagi SBY mereka dianggap sama saja dengan kapitalis asing. Bahkan SBY tidak pernah mengatakan hal demikian terhadap kapitalis asing. Padahal tidak ada yang salah jika “Kapitalis Rambut Hitam” itu kaya, karena mereka hidup di negeri mereka sendiri, membuka lapangan kerja bagi rakyatnya sendiri, bahkan mereka susah payah membanting tulang dan memutar otak untuk menghadapi persaingan yang demikian ketat dengan kapitalis asing. Mengapa SBY lebih berpihak pada kapitalis asing ketimbang kapitalis Indonesia sendiri? sungguh sifat yang bahkan lebih buruk dari Firaun sekalipun. Inilah saat Indonesia dipimpin oleh orang Jawa psikopat yang merasa paling pintar dengan gelar doktor nya dan ranking di majalah TIME.
SukaSuka
Anonim said:
Padahal sudah fakta bertahun-tahun, bahwa dari 150 orang terkaya di Indonesia, tidak ada satupun orang Jawa yang masuk dalam daftar orang terkaya itu. Semua pribumi yang masuk dalam daftar orang terkaya tersebut adalah pribumi Non Jawa! yang walaupun jumlah mereka hanya 25 persen dari 150 orang terkaya tersebut, tetapi mereka telah menunjukkan kontribusi nya dalam mensejahterakan jutaan warga, membayar triliunan pajak, membuka jutaan lapangan kerja, membayar milyaran sedekah dan subsidi serta beasiswa bagi rakyat miskin, menjaga kedaulatan ekonomi bangsa di hadapan para kapitalis asing. Tentu saja usaha mereka itu jauh lebih mulia dari pada menjadi TNI atau menjadi guru (seperti iklan SBY). Lalu mengapa 2 orang Jawa itu menyombongkan gelar doktornya yang ternyata tidak sebanding dengan kontribusi mereka selama ini? Dimanakah otak jutaan orang suku mereka itu berada? Bahkan mereka berani menghina orang Sulawesi dengan mengatakan orang Sulawesi “Tidak Pantas Memimpin”. Sungguh pernyataan yang sangat2 hina! 2 orang Jawa itu benar2 memiliki sifat Pemfitnah dan Penghina, dibalik sifat kebodohan dan keluguan nya. Mereka menghina para pribumi2 pekerja keras itu dengan santainya dan sambil tertawa manis (semanis senyum Andi Mallarangeng). Sungguh mereka adalah kaum inferior yang sedang ketakutan akan tersingkirnya mereka dari peran kapitalis tionghoa dan pribumi non-Jawa yang telah berdedikasi tinggi bagi bangsa ini. Bagi orang2 Jawa yang sedang membaca ini, harap gunakan otak anda dalam membaca semua ini, karena jika tidak, maka kalian tidak akan pernah sadar bahwa kalian sedang tersingkir menuju kemusnahan dari dedikasi anda terhadap negeri tercinta ini, sebagaimana firaun musnah bersama kaumnya. Karena tidak diperlukan jumlah yang besar bagi orang-orang mulia untuk mengalahkan kejahatan. Sekalipun orang Islam hanya berjumlah sedikit (sebagaimana Jusuf Kalla yang hanya diminati oleh orang Islam asli), sekalipun suku TiongHoa yang pekerja keras sangat anda halangi utk menjadi kapitalis kaya (termasuk Sofyan Wanandi dkk yang telah mendukung Jusuf Kalla), dan Orang-Orang Sulawesi tetap bekerja keras dan membiarkan anda bersantai2 menghinanya, tapi kalian mungkin belum kepikiran bahwa kekuatan Allah yang tidak tertandingi, akan sanggup memberikan kekuatan pada kami untuk memusnahkan anda jika anda terus memerangi kami.
SukaSuka
Anonim said:
Mari belajar demokrasi. Kekerasan tidak pernah menyelesaikan masalah. Pemilu telah usai. Tidak ada gunanya saling caci, saling maki, saling hina, saling cemooh, salah menyalahkan. Terus berkarya untuk bangsa. Untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.
SukaSuka
Anonim said:
Oh ternyata Bpk Suboyo itu Suka Bohong Ya, untung gue gak nyontreng dia
SukaSuka
Anonim said:
Komentar komentar diatas koq bernada rasis ya? Kan orang Jawa ada yang baik ada juga yang brengsek, seperti juga orang orang Sumatra,Sunda,Kalimantan,Sulawesi,Papua,Maluku,Bali dan daeah daerah yang lain punya orang yang jitu ,tapi juga yang brengsek ? Jangan sebar sebar rasisme lah, Indonesia harus bersatu menghadapi kaum modal monopol multinasional luar negeri, dari barat,timur jauh maupun timur tengah yang mau (dan sudah ) mengangkangi kekayaan alam negeri tercinta ini . Tambang,perkebunan,pertanian sudah dikuasai orang asing, koq masih pada kelahi kesukuan nih, gimana sih ? Gak semua orang Jawa kaya SBY/Boediono dan gak semua orang Sulawesi kaya Andi Malarengeng atau JK kan ? Rebut saja monopol modal asing , baik dari barat,timur jauh maupun timur tengah ! Mereka harus tunduk aturan kita, bukan sebaliknya dan … amankan antek antek mereka yang menjual/menggadikan tanah air kita kepada modal asing !
SukaSuka
Anonim said:
Biarkan saja mereka mencaci maki. Memang hanya sejauh itu kepandaianya. Biarkan juga mereka yang lain yang saling mencaci. Dengan begitu akan semakin mudah memilih siapa yang layak memimpin negeri ini nanti.
SukaSuka
Anonim said:
Sayang kita terkena percikan api sukuisme, Jawa non Jawa yang akan membahayakan keutuhan NKRI. Kita perlu mewaspadai apa yang telah terjadi di Nigeria. Nigeria dikuasai junta militer beberapa dekade yang otoriter dan korup, setelah kembali ke pemerintahan sipil sejak 1999, keadaan ekonomi dan politiknya carut marut. Negara pengekspor minyak no 8 terbesar terseret perang antar suku, rakyatnya makin melarat. Musuh kita ini kemiskinan dan kebodohan, siapapun yang menang dalam pemilu kalau tidak mengatasi dua hal tersebut pasti gagal. Pertanyaannya apakah yang kalah dalam pemilu, bisa bersih dan mampu mengatasi dua hal tersebut? Sekarang ini industri strategis sudah dikuasai asing, tugas kita bersama adalah mendukung pemerintahan yang terpilih agar kita semua dapat swa sembada, bahkan menjadi pengekspor produk yang memiliki nilai tambah bukan hasil tambang yang ‘raw’.Seyogyanya kita tidak membuang kalori drngan saling menyerang, tengok kesuksesan Cina dan India. Semoga.
SukaSuka