18 Februari 2009   Kalau anda “melihat” sebuah Istana di Awang Awang (A Castle in the Air), anda bukalah satu-satunya orang yang melihatnya. Hampir semua manusia yang pernah hidup di dunia, dalam alam pikirnya tentu pernah “melihat”nya. Istana yang terlihat oleh orang yang satu tidak sama dengan istana yang terlihat oleh orang yang satunya lagi. Tentu saja tidak sama bentuknya, karena semua berdasarkan kemampuan imaji orang yang bersangkutan.

 

Asal mulanya saya pertama kali sadar, setelah mengenal kata-kata A Castle in the Air, ketika ada kalimat yang memberi gambaran deskripsi pekerjaan seorang ahli psikiatri yakni yang lazim disebut dengan psikiater (psychiatrist) yang berbunyi: A psychiatrist is someone who can build A Castle in the Air, and succesfully derive rent from it – Seorang psikiater adalah seseorang yang bisa membangun sebuah istana di awang-awang dan sukses menarik uang sewa darinya (istana itu). Memang benar, ini ungkapan yang kurang sedap, tetapi itu terlihat banyak dipraktekkan di negara-negara maju terhadap orang-orang yang terkemuka, terkenal, sukses dan uang bukanlah sesuatu yang menjadi masalah.

Setelah melalui pengamatan lebih jauh maka banyak pihak lain, orang lain dan profesi lain malah juga melakukan perbuatan yang mirip-mirip seperti itu. Marilah kita tinjau apa yang dikatakan oleh guru spiritual, guru yang mengajarkan ilmu kejiwaan dan para pemuka masyarakat, baik dia dari kalangan agama dan kalangan politik, telah  melakukan pekerjaan yang menggunakan hal yang mirip-mirip seperti itu. Pada pokoknya mereka itu mengajak lawan bicaranya, baik yang seorang diri maupun yang lebih dari seorang, untuk melihat ke depan. Ke mana?? Ke masa cemerlang kehidupan di alam baka dan masa cemerlang kejayaan negara kalau dipimpin oleh para politisi itu.
Para politisi malah berbicara dengan jutaan manusia, yang mengerti politik maupun yang awam. Semua ajakan ditujukan kepada sesuatu yang dicita-citakan oleh orang banyak dan orang kebanyakan, yang juga amat  menginginkan peningkatan status, peningkatan derajat di masyarakat serta perbaikan kehidupan sehari-harinya. Disinilah pentingnya “pembangunan sebuah istana impian” yang memang menjadi dambaan semua orang, ditonjolkan sebagai senjata ampuh. Misalnya: akan terjadinya perbaikan ekonomi, perbaikan tingkat lingkungan hidup di sekitar, terbentuknya wujud masyarakat yang adil dan makmur, jalan ke peningkatan karir serta bisa masuk ke alam baka dan masuk ke surga, seperti diidamkan semua pendengarnya.
Mengapa saya masukkan istilah masyarakat adil dan makmur kedalam istana yang ada di awang-awang tadi? Karena sepanjang kehidupan saya yang selama tujuh puluh tahun, saya pikir saya tidak pernah mengalamiya. Saya melihat bangsa saya tidak meningkat kalau dibanding dengan bangsa-bangsa lain yang enam puluh  tahun yang lalu sudah unggul, sampai hari ini mereka masih lebih unggul dari bangsaku, bangsa Indonesia. Makmur juga tidak, apalagi adil?!? Amat jauh dari jangkauan!
Kita juga amat mudah dicekoki oleh para pemuka agama untuk berbuat sesuatu selalu dengan mengarahkan agar akan mendapat imbalan kehidupan di alam baka, masuk surga. Acuannya macam-macam, sehingga akhirnya timbullah acuan-acuan dan ritual-ritual yang tidak pernah saya saksikan dan lihat pada waktu saya masih kanak-kanak di jaman dulu. Apakah manusia pada waktu itu masih bodoh? Iya, mungkin! Apakah manusia sekarang lebih pintar? Itu hampir bisa di-IYA-kan dalam banyak hal. Dalam masalah lebih pintar saya juga mendapatkan pertanyaan, selain menjadi lebih pintar apakah manusia sekarang lebih bermoral dan berintegrasi dengan manusia lain dengan pantas dan setara? Jawaban yang datang ke saya adalah: TIDAK. Manusia lebih pintar sekarang, sering malah senang melakukan eksploitasi terhadap manusia yang kurang pintar. Pada jaman dahulu, sebuah negara/pemerintahan banyak melakukan penjajahan di negara lain. Sekarang penjajahan sudah lebih canggih, dilakukan oleh kepiawaian pelaku ekonomi terhadap negara lain, bahkan terhadap rakyat di negerinya sendiri! Terlihat saat ini kaum politisi di Indonesia lupa apa yang akan dikerjakannya yang bisa diungkapkan waktu kampanye pemilu yang seperti biasanya memilukan masyarakat. Kaum politisi ini mempunyai agenda tersembunyi (hidden agenda), yakni menguasai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sindiran bahwa Sila Pancasila nomor satu: KeTuhanan yang Maha Esa sering diplesetkan dan justru dipraktekkan sebagai Keuangan yang Maha Esa. Kalau ada yang membantah masalah ini, saya silakan meneliti mereka yang sudah menerima hasil kerja Komisi Pemberantasan Korupsi. Baca bio data mereka yang telah diputus pengadilan sebagai telah bersalah, dan dihukum penjara. Hampir semuanya berpendidikan tinggi, bergelar sarjana malah ada yang sudah Es Tiga. Hampir semuanya juga Haji dan malah ada yang telah lama sekali memiliki pesantren. Menteri Agamanyapun sudah ada yang meringkuk di penjara, dihukum karena penyalah-gunaan uang yang dinyatakan tidak sah. Yang Jenderal juga ada, malah dari Kepolisian, melakukan kesalahan ketika menjabat jabatan Duta Besar.
Kalau saja nenek dan kakek saya masih hidup, maka beliau-beliau ini pasti akan berkeluh kesah dengan mengucapkan: “Ngaudubillah himinas Syaiton Nir Roojiiim .. ” Apalagi kalau bukan begitu ucapannya? Kita sekarang sudah sesak dada dalam menghadapi kenyataan-kenyataan yang ada di masyarakat, maka ke-tidak-berdayaan-nya pun meningkat. Kita merasakan orang yang menggunakan siasat membohongi publik dengan cara membangun istana di awang-awang itu makin meraja lela. Ada yang  sedang giat-giatnya mulai berbohong menggunakan sarana iklan memamerkan dan memuji diri sendiri atau partainya, melalui tampilan, spanduk. Umbul-umbul dengan isi slogan dan juga pencapaian untuk memiliki istana di awang-awang, ditulis dengan isinya yang serba menggelikan dan membuat orang tertawa mengejek. Dalam tahap seperti sekarang saja, banyak partai politik yang berbohong dengan mengemukakan fakta-fakta yang disulap sebagai hasil partai itu dalam menjalankan pemerintahan. Mereka tidak memberitakan sukses petani atau sukses rakyat biasa lainnya, tetapi sibuk menepuk dadanya sendiri dan membusungkan perut masing-masing.

Mari kita belajar dari keadaan ekonomi yang sekarang sedang memburuk di mana-mana di seluruh dunia. Kita semua sekarang sudah tau bahwa ini semua adalah sebagai akibat dari kepercayaan kita yang berlebihan terhadap kehebatan kapitalisme. Saya bukan ingin mengatakan bahwa semua kapitalisme itu penuh keburukan. Dunia memang terkejut bahwa Lehman Brothers yang ambruk disusul oleh jatuhnya harga-harga saham di lantai bursa dan pasar keuangan lainnya. Kita telah masuk kealam suasana yang dipercayai Wall Street bahwa Greed is Good dan semua orang ikut terperangah bahwa semua negara terkena dampaknya karena over-actingnya para pelaku pemberi kredit yang consumptive. Masyarakat di-iming-iming dengan pemberian kredit dan diberi kredit, yang nyata-nyata sebenarnya tidak mereka perlukan. Kredit semacam ini sungguh amat rentan terhadap masa depan si penerima kredit, yang dengan menerimanya, menjadikan dirinya menjadi budak uang dan bunganya. Yang tidak memerlukan beli mobil, membeli mobil. Yang sudah memiliki rumah layak, masih diberi kemudahan kredit untuk merenovasi rumahnya. Yang seumur hidupnya hidup seimbang karena menggunakan cara on cash basis, justru dibisiki bahwa menggunakan kartu kredit itu lebih efisien dan lebih bermartabat dan bergengsi. Di iming-iming dengan bergaya seperti status orang kaya, dia menggunakan kemudahan kredit sehingga dia hidup di atas awang-awang, belanja di luar kemampuannya dan terjerumus ke dalam jurang uang yang berlimpah. Demikianpun halnya dalam membuat perusahaan melakukan ekspansi yang tidak mampu melakukan  implementasi pelaksanaannya, karena tujuannya adalah juga seperti istana di awang-awang tadi.
Terjebak di dalam utang, proyeknya malah terbengkalai.

Bursa pun juga bukan tempat yang aman dalam bertransaksi, karena dasarnya adalah informasi yang dibuat-buat hampir seperti adanya istana di awang-awang tadi. Misalnya informasi yang menyebutkan bahwa sebuah area pertambangan yang amat prospective untuk ditambang dan akan menghasilkan uang berjuta Dollar, padahal depositnya tidak sebesar ongkos yang harus ditanggungnya. Rekayasa informasi seperti ini memang selalu beredar dan banyak disiapkan, sengaja atau tidak untuk mencairkan dana bagi keperluan biaya eksplorasi pertambangan dan tujuannya mencapai eksploitasi (ini adalah Istana di awang-awang juga). Apalagi dengan menggunakan teknologi cyber yang bisa menunjang hal-hal yang tidak kasat mata, memberi impian deposit yang menakjubkan sehingga menghasilkan kekecewaan. Saya pribadi saat ini amat tidak mempercayai apa yang digerakkan bursa-bursa di manapun.
Dambaan saya hanyalah logam mulia berupa emas (simbol kimianya: Au dari kata asalnya Aurum).
Ada ungkapan yang saya jadikan favorit: GOLD IS THE ULTIMATE CERTAINTY AND ESCAPE FROM RISK–Emas adalah kepastian paling unggul dan penyelamatan dari risiko. Pada jaman dahulu kala emas itu sudah diolah oleh tangan dan kepiawaian manusia, sejak dua ribu tahunan sebelum adanya Kristus. Orang Mesir dan China sudah menunjukkan banyak kepiawaiannya dalam mengolah mineral yang kita kenal dengan emas. Emas disebut sebagai logam mulia karena amat pantas menyandang namanya. Mineral yang satu ini meskipun diolah pada jaman kuno sekalipun, kalau terbenam di dalam tanah ataupun lautan untuk kurun waktu yang lama, bahkan ribuan tahun, maka kilau kuningnya yang khas emas itu, tidak akan hilang. Tidak berkarat karena garam laut atau oksidasi lain. Nilainya tidak berkurang.
Kita bandingkan dengan uang kertas.

Pada jaman dahulu kala uang itu diterbitkan tidak secara serampangan, tetapi berdasarkan nilai bandingan dengan cadangan emas. Negara yang paling kuat dalam masalah seperti ini adalah Amerika Serikat. Semua orang telah tau bahwa USA ini memiliki sebuah tempat yng digunakan untuk menimbun Cadangan Emas murni di tempat bernama Fort Knox. Uang USDollar itu diterbitkan berdasarkan cadangan emas. Oleh Presiden Johnson ditetapkan harga patokan sebesar USDollar 35,- untuk tiap ounce (ounce = 31.1034768 gram). Patok terhadap emas pada prakteknya di kemudian hari diabaikan sendiri karena USA karena membutuhkan dana secara besar-besaran, antara lain karena terjadinya ekskalasi perang di Viet Nam. Mencetak uang adalah amat mudah karena ini hanya bermodalkan kertas dan biaya pencetakan yang mungkin biayanya hanya sekitar lima persen saja dari harga uang kertas yang ditentukan. Pemerintah manapun, kalau begitu mudah cara menciptakan dan mendapatkan uang, keuntungannya adalah 95%, karena bisa membeli apapun hanya dengan harga 5% dari nilai sesungguhnya, gara-gara mengabaikan patokan ke emas. Yang begini kalau dikerjakan berulang-ulang maka akan menyebabkan turunya nilai ekonomi uang kertas. Kalau terjadi economic downturn seperti selama tiga bulan terakhir, maka orang akan berpaling dari investasi ke dalam uang kertas USDollar dan menjadikan kegiatannya berinvestasi ke sesuatu yang telah amat tradisional dilakukan oleh para nenek moyang, terutama orang Asia, yang selalu menyimpan emas dalam bentuk apapun.

Saya menyadari menyimpan emas itu tidak menghasilkan gain (penambahan nilai) baik bunga (interest) ataupun deviden dan semacamnya, akan tetapi bila nilai ekonomi uang kertas menurun tajam, maka emas akan pasti menguat seperti sekarang ini, yang pada hari-hari Februari 2009 ini berkisar sekitar USDollar 900 lebih per Troy Ounce nya. Beberapa bulan yang lalu sempat mencapai lebih sedikit dari USDollar 1000 per ounce yang adalah rekord selama sekitar dua puluhan tahun yang lalu.

Banyak para pakar meramalkan kejatuhan USDollar yang lebih menukik lagi, sehingga kenaikan harga emas sudah pasti bisa dua kali atau lebih dari sekarang dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Selama ini saya tidak bisa menyandarkan diri kepada prediksi para pakar ekonomi, juga para pelaku politik, tetapi emas memang tidak memerlukan prediksi. Emas memang tidak mendapatkan bunga dan deviden serta sebangsanya. Tetapi kalau semua Castle in the Air sudah hancur berantakan, di mana kepercayaan kepada Bank menurun tajam, maka emas tidak akan kehilangan pamor. Justru emas akan mencuat naik. Yang tidak diharapkan adalah semakin tinggi minat orang untuk beralih dari investasi uang kertas ke emas, hal itu akan menaikkan harga emas karena sebab lain, bukan karena murni masalah demand and supply. Sebab itu adalah karena amat terbatasnya pasok (supply) emas secara fisik di seluruh dunia. Emas itu jumlahnya di seluruh dunia secara fisik, sepanjang sejarah manusia di muka bumi ini, hanya sekitar seratus lima puluh delapan ribu (158.000) ton saja yang telah ditambang dan diproduksi. Berapa jumlah sisa yang masih belum ditambang? Hanya 49.000 ton saja.    
Maka segera turunlah dari Istana di awang-awang dan kembalilah untuk  menginjakkan kaki di permukaan tanah.

Anwari Doel Arnowo
Rabu, 18 Februari 2009 – 22:07:35