R.A.Kartini pernah menyerahkan  “jatah” untuk pergi dan bersekolahnya kepada AGUS SALIM( Haji Agus Salim) seorang putera Minang yang pandai dan menurut R.A. Kartini ia  harus diberi kesempatan untuk maju.
Keputusan yang sangat mengejutkan ini, sekarang perlu dilihat atau diselidiki lebih lanjut karena dilakukan berdasarkan TEKANAN yang sangat BERAT. R.A.Kartini adalah seorang yang sangat anti poligami dan se-konyong2 bersedia menjadi istri ke 2, bupati Blora yang jauh lebih tua.Dengan demikian juga se-konyong2 R.A.Kartini membatalkan SEMUA cita2 luhurnya untuk bersekolah di Belanda guna dapat mengangkat derajat wanita bumiputra. Keputusan  yang berubah 180 derajat ini perlu dicurigai.

Kemudian wafatnya R.A.Kartini juga sangat misterius.  Kalangan keluarga “keraton” bupati Blora sangat sangat IRI kepada beliau bahkan membencinya karena beberapa hal. Yaitu dapat melahirkan seorang putra(R.M.Susalit), sedangkan istri bupati yang lain tidak.R.A.Kartini diangap terlalu ke-belanda2-an karena lebih suka membaca buku  dan berbahasa Belanda daripada mengaji.
Dokter Belanda yang merawat R.A.Kartini waktu melahirkan, menunggu  sampai 1 minggu dan baru kembali ke Semarang, mengatakan bahwa beliau sehat walafiat. Tetapi 40 hari sesudah melahirkan se-konyong2 beliau men inggal dunia.Sudah kebiasaan bahwa setelah melahirkan, wanita Jawa harus minum jamu-2 yang dapat saja berisi racu.

Di Eropa dan Amerika, meskipun sudah beberapa ratus tahun meninggal seperti Napoleon, setelah makam dibongkar dapat diketahui sebab dari kematian(mungkin karena tulang belulang/rambut dsb masih utuh dalam peti) tetapi kalau hanya dipocong bagaimana? Apakah sisa tanah/pasir masih dapat diselidiki? Bagaimana dengan Pemerintah dan Persatuan Wanita  Indonesia ?. Kalau Ibu Tien Suharto masih hidup, saya yakin beliau akan tertarik dengan persoalan ini dan memerintahkan penyelidikan.
Sekarang bagaimana? Mohon perhatian!

Wal Suparmo