ikraBenarkah media cabul itu sebagai penyebab kebejatan moral, sampai- sampai sekarang ini anggota DPR sedang sibuk menyusun UU yang menyangkut Gonad?

Masalah syahwat ini pada dasarnya adalah biologis saja. Sejak teenager mendapat kiriman baru sel-sel otaknya, dan juga dewasanya kelenjar Hypothalamus dan Petuitary di sela-sela benaknya yang berwarna kelabu di dalam batok kepalanya itu, maka berubahlah pandangannya tentang makhluk satu sepesies (baca: manusia!) yang tidak sama jenis kelaminnya dengan dirinya sendiri, karena kedua kelenjar itulah yang bersama Gonad (=alat kelamin) mulai melakukan dialog segitiga menyusun simpony yang nikmatnya aduhai berjudul "Sorga Dunia" itu. Atau, pandangannya itu berobah justeru terhadap yang sekelamin dengannya. Tergantung apakah dia itu tergolong hetero sexual atau homo sexual atau pun bi-sexual, yang semuanya ini juga biologis kodratnya.

Kegiatan sexual pertama yang dikenalnya akibat kinerja Hypothalamus, Petitary dan Gonad adalah dalam bentuk onani, dan ini tidak ada yang melarangnya, meskipun hal ini dilakukannya dengan sembunyi-sembunyi karena adanya rasa malu, bukan? Tidak jarang onani itu dilakukan dengan bantuan artifisial berupa bacaan cabul atau pun gambar-gambar cabul, bukan? Itulah kegiatan sexual pertama yang universal sifatnya, lintas bangsa, agama, negara, status sosial atau apa pun.

Keinginan melakukan yang lebih kongkrit dalam melaksanakan dorongan sexual ini makin bulan makin tinggi. Tapi tentu saja rambu-rambu telah dipasang di masyarakat mana pun di dunia ini, dengan alasan "kita ini manusia dan bukan binatang." (Ce-ile, Neng!) Ya, binatang tidak kenal rambu-rambu ini, karenanya hasil dialog segitiga antara Hypothalamus, Petuitary dan Gonad di kalanmgan jeni binatang bisa dilangsungkan dengan lancar di alam terbuka. Di alam binatang tidak ada represi berupa tabu-tabu seperti yang kita kenal dalam urusan sexual ini, dan juga tidak dibutuhkan media cabul sebagai teman pelengkap yang artifisial.

Jadi, sebenarnya media cabul itu bukanlah sebagai penyebab adanya dorongan sexual bagi anak-anak remaja (baca: manusia!) itu, tetapi sekedar sebagai konpensasi karena adanya tabu untuk melakukan hubungan sexual ini secara langsung. Yang tidak tahan lagi, akhirnya mencari tempat yang tidak tabu melakukan hubungan sexual langsung, tidak artifisial, misalnya di tempat pelacuran, atau dengan pacar atau sekedar teman kencan yang bersedia melakukannya di kamar tertutup atau di tempat duduk belakang di mobil yang di parkir di sela-sela semak belukar di taman di pinggiran kota pada malam hari.

Cobalah bayangkan, jika tabu-tabu itu semua dicabut, artinya bagi yang sudah siap melakukan hubungan sexual, misalnya anak-anak remaja itu, maka mereka ini akan melakukannya tanpa ditemani oleh media cabul. "Ah, buat apa itu media cabul, kan yang aselinya bisa didapat! Enggak butuh deh!"

Jadi, media cabul dan pelacuran itu lahir karena adanya tabu-tabu yang bertentangan dengan kodrat manusia sebagai makhluk biologis!

Yang perlu diatur nilai-nilai "moralitas"-nya adalah yang menyangkut aturan main di kalangan remaja itu, sedemkian rupa, sehingga mereka bisa tetap menjalankan kodratnya sebagai makhluk biologis secara baik-baik dan bertanggung-jawab. Kawin muda usia misalnya? Terserah bagaimananya! Pokoknya: jangan lagi ada represi terhadap kegiatan sexual manusia, karena hal ini bertentangan dengan kodrat manusia sebagai makhluk biologis.

Ikra.- ======